Oleh: Arda Dinata
Bijaksanan itu bahasa amal dan bikin hidup seseorang jadi nyaman. Hidup nyaman itu dambaan tiap orang beriman. Kebijaksanaan berarti kepandaian menggunakan akal budi (pengalaman dan pengetahuan), kecakapan bertindak apabila menghadapi kesulitan, dan kondisi lainnya. Kebijaksanaan merupakan respon atau pemberian tanggapan atas pelaksanaan kebijakan dengan sikap yang tegas dan adil penuh kesabaran.
Sabar itu hanya dua tegukan. Hasan Basri r.a. berkata, "Orang beriman itu arif (bijak), tidak berbuat jahil meski dijahati. Tidaklah seorang hamba mencicipi tegukan yang lebih agung daripada seteguk kebijaksanaan saat marah dan seteguk kesabaran saat mendapat musibah. Kalian tidak akan meraih apa yang kalian angankan kecuali dengan sabar terhadap apa yang kalian benci."
Lebih jauh, Hasan Basri menyampaikan kalau kebaikan yang tak mengandung keburukan adalah syukur bersama sehat dan sabar saat mendapat ujian. Betapa banyak orang yang diberi nikmat, tetapi tidak bersyukur dan betapa banyak orang yang diuji, tetapi tidak bersabar.
Pada konteks kekinian, berarti adanya pandemi Covid-19 ini harus kita hadapi dengan rasa syukur dan sabar. Wujud syukur itu dengan cara menjaga protokol kesehatan agar kita terbebas dari paparan bahaya Covid-19 dan bersabar menghadapi ujian pandemi dengan ikhlas. Dibalik ujian ini pasti ada hikmah dari Allah bagi mereka yang mau berpikir.
Cerita berikut mengajarkan bagaimana kita harus bersyukur dan sabar menghadapi ujian. Ash-Shabuni dalam buku Tanwirul Adz-Han menuliskan bahwa ada seorang laki-laki yang buruk rupa memiliki istri yang sangat cantik.
Pada suatu hari si istri melihat suaminya, lalu berguman, "Alhamdulillah."
Suaminya berkata, "Ada apa?"
Dia menjawab, "Aku memanjatkan puji kepada Allah yang telah menjadikan diriku dan dirimu sebagai ahli surga, sebab engkau dianugerahi rizki, lalu bersyukur. Aku pun diberi rizki berupa suami sepertimu, lalu aku bersabar. Sungguh Allah telah menjanjikan surga bagi orang yang bersabar dan bersyukur."
Sikap sabar dan syukur inilah balutan hidup yang harus merekat dalam jiwa orang-orang beriman. Ikhlas itu bertindak (bijak) tak berharap pujian dan beramal dengan kesungguhan. Indah dalam niat dan ringan tanpa beban dalam pelaksanaan.
Imam Abu Hamid Muhammad al-Ghazali menjelaskan dalam kitab Mukhtashar Ihya Ulum al-Din bahwa orang yang ikhlas tak dimotivasi oleh pengharapan akan pujian. Orang yang ikhlas beramal dengan kesungguhan dan termotivasi hanya oleh-Nya. Meski demikian, bagi orang yang memahami, motivasi yang satu bisa melahirkan beberapa niat baik berbeda dari amal yang satu.
Bagi ahli kebijaksanaan itu, ia akan selalu bersama Allah (melaksanakan perintah-Nya); selalu bersama nafsu (memerangi nafsu); selalu bersama orang lain (menasihati); dan selalu bersama dunia (mengambilnya sebatas yang diperlukan).
#
Arda Dinata, Peneliti dan Pendiri Majelis Inspirasi Al-Quran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, www.MiqraIndonesia.com.
Bagi pembaca yang ingin berbagi inspirasi dan motivasi dengan Penulis hubungi: | www.ArdaDinata.com: Share, Reference & Education | | Peneliti, penulis, dan motivator penulisan di media massa | | Blog: www.ArdaDinata.com | FB: ARDA DINATA | | Twitter: @ardadinata | Instagram: @arda.dinata | Telegram: ardadinata |