"Tumpukan buku membisu di sudut rumahku. Tanpa bicara, ia begitu manja terus memandangiku. Ia setia menantiku untuk bermesraan dengannya sepanjang waktu. Kehangatan akan tercipta dengan penuh inspirasi, tak kala aku membuka nuraninya dengan tekun membaca isinya. Aku pun terpana, isi dunia menyapaku dengan sempurna. Buku.., I Love You!" (Arda Dinata).
Oleh Arda Dinata
Sejak mengenal dan memakai aplikasi belanja online toko buku, kegemaranku mencari buku-buku unik, langka, dan sesuai tema seleraku makin tersalurkan dengan baik. Hampir ketika mendapatkan buku yang aku cari dan bakal menginspirasi sebagai bahan tulisan, pasti jadi sasaran untuk dibeli. Dan wujudnya kiriman pesanan bukuku hampir berdatangan tiap hari.
Saya termasuk orang yang suka bacaan buku apa saja yang bermanfaat dan terutama menjadi minatku. Terus terang, sejak kecil saya senang membaca. Mungkin karena minim koleksi bacaan milik orangtuaku dulu, maka hampir semua bentuk cetakan tulisan yang aku temui pasti dibaca. Sampai bekas bungkus makanan pun tidak luput saya baca sebelum dibuang ke tempat sampah.
Sehabis kuliah ketika main ke rumah teman tersebut, saya biasanya sampai menginap. Selain berdiskusi dan ngobrol dengan temen-temen. Saya biasanya sempatkan membaca aneka bacaan yang ada di rumah teman tersebut. Sambil sekali-kali saya ngobrol dan mendengarkan nasehat-nasehat dari orang tua temen saya itu. Sungguh banyak ilmu dan pelajaran yang saya dapatkan dari silaturahmi tersebut.
Menuntut ilmu itu, bisa dari mana saja. Termasuk dari membaca buku dan diskusi dengan orang-orang tua yang memiliki banyak pengalaman hidup. Ini bisa jadi pelajaran buat diri kita di kemudian hari. Untuk itu, beruntung dan berbahagialah Anda yang cinta ilmu. Sebab, ilmu itu akan menerangi kehidupan kita di dunia dan akherat.
Terkait rajin mencari ilmu ini, saya terngiang-ngiang akan kebenaran pernyataan Al-'Allamah Al-Maqrizi ra., berikut ini:
Sungguh jiwaku berpaling dari canda tawa
Bosan berjumpa manusia meski terpandang
Alhamdulillah, aku sibuk mengasah ilmu dan tidak pernah lari dari kesibukan
Sering kali si penulis jeli dengan kebenaran ilmu, akal dan sumber rujukan pun menjadi bekal
Saat ilmu terhimpun di dalam dadaku, jiwaku menjadi bersih dan terhibur selalu
Ungkapan tersebut betul, saya merasakan ketika dari buku yang saya baca itu ada ilmu terhimpun di dalam pikiran dan jiwaku. Ada perasaan bahwa banyak ilmu yang belum saya ketahui ketika selesai membaca suatu buku. Sehingga terpikir dalam diri saya harus terus membaca buku lagi dan membaca buku terus.
Saat kuliah, walau saya dibatasi masalah keuangan terkait kiriman dari orangtua. Saya menyiasati kegemaran mencari buku itu dengan membeli buku-buku bekas yang murah meriah. Waktu kuliah di Bandung, biasanya tempat favorit saya mencari buku bekas adalah di daerah Cihapit Kota Bandung. Selain, sesekali saya juga mencari di Pasar Palasari, sekitar jalan Dewi Sartika sampai alun-alun Kota Bandung serta belakang gedung PLN samping Gedung Asia Afrika.
Kebiasaan lainnya, yang tidak terlupakan saat kuliah adalah kebiasaan menulis. Lagi-lagi karena keterbatasan biaya, biasanya kalau ada tugas kuliah berupa bikin makalah kelompok. Saya meyanggupinya untuk bikin konsep tulisan dan mengetikkannya. Sehingga biasanya saya terbebas dari iuran untuk biaya bikin makalah tersebut. Hal ini, saya lakukan sepanjang kuliah sampai lulus.
Kebiasaan-kebiasaan saat kuliah seperti itulah, mungkin yang membuat diri saya sampai saat ini jadi terbiasa menulis. Rasanya ada hal yang hilang bila sehari tidak menuliskan sesuatu hal. Secara lengkap, saya sudah menuliskan dalam buku Strategi Produktif Menulis terkait kebiasaan-kebiasaan apa saja yang dapat membuat Anda bisa menjadi produktif menulis ini. Silahkan baca dan miliki buku yang berisi aneka pengalaman dalam dunia tulis menulis tersebut. Isinya ada banyak trik, tip dan strategi yang dapat dipraktekkan dari saya pribadi dan para penulis senior yang produktif.
Sebagai catatan akhir tulisan itu, ada ungkapan dari Ibnu Qayyim ra. yang mengagumkan dan menakjubkan, yaitu: "Kerinduan para penuntut ilmu terhadap ilmu itu lebih besar daripada kerinduan seseorang terhadap kekasihnya. Kebanyakan mereka tidak terpesona dengan keelokan fisik manusia. Seandainya ilmu itu bisa digambarkan, tentu ia lebih indah daripada matahari dan rembulan. Jika demikian, bagaimana mungkin orang mencintai ilmu akan menjadi hina?"
Bagaimana menurut Anda? Saya nantikan tulisan komentar Anda di kolom komentar di bawah ini. Salam sukses berkah selalu. Aamiin.
Arda Dinata,
Penulis, Peneliti dan Pendiri Majelis Inspirasi Alquran & Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, https://www.miqraindonesia.com