- / / : 081284826829

Mewaspadai Serangan dan Resiko DBD

Gejala penyakit demam berdarah dengue (DBD) saat ini kerap dipahami salah oleh masyarakat awam. Demam dengan suhu tinggi, sakit kepala, mual dan muntah, serta pembengkakan pada kelencar, banyak disalahartikan sebagai penyakit demam biasa. Padahal, DBD sangat mengancam keselamatan jiwa.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, jumlah penderita yang diduga menderita (terduga) DBD terlihat mulai meningkat sejak pertengahan Desember 2018. Seiring dengan cuaca yang relatif ekstrem saat ini, jumlah terduga DBD terus bertambah. Hingga pekan ketiga Januari 2019, terdapat 1.085 kasus DBD di serata Jawa Barat, 8 di antaranya meninggal dunia.

Pada periode yang sama tahun 2018, tercatat 969 kasus, 4 di antaranya meninggal dunia. Mereka yang tak tertolong, kebanyakan karena terlambat mendapatkan perawatan medis. Celakanya, banyak kalangan menduga penyebaran DBD ini akan terus berlangsung hingga Maret nanti.



Untuk mencegah melonjaknya DBD, upaya yang sangat penting untuk dilakukan antara lain dengan mengubah perilaku manusia yang buruk terhadap lingkungan. Misalnya, mengubah perilaku buruk manusia yang dapat menciptakan habitat menguntungkan bagi berkembangbiaknya kehidupan nyamuk.

Pada dasarnya, faktor lingkungan seperti cuaca dan curah hujan yang dapat memicu memuncaknya populasi nyamuk kebun. Ini merupakan faktor given tidak dapat diubah manusia. Namun, faktor sosial dan perilaku manusia sesungguhnya dapat diubah.

Oleh karena itu, untuk mencegah melonjaknya DBD, upaya yang sangat penting untuk dilakukan antara lain dengan mengubah perilaku manusia yang buruk terhadap lingkungan. Habitat yang disenangi nyamuk kebun biasanya di tempat-tempat yang berisi air jernih dan terlindungi dari cahaya matahari. Misalnya, di tempat-tempat tampungan air hujan pada ban mobil/motor bekas, botol-botol plastik bekas minuman, kaleng-kaleng bekas makanan yang berserakan di pekarangan-pekarangan atau taman-taman yang tidak dikelola dengan baik.

Bukan hanya itu, nyamuk kebun ini juga gemar bertelur di tempat-tempat penampungan air berupa bak mandi, gentong, vas bunga, dan lainnya di dalam rumah yang jarang dibersihkan. Berdasarkan daur hidupnya, nyamuk kebun melalui empat tahap perubahan bentuk (metamorfosis) yaitu telur, larva (jentik), pupa (kekompong), dan dewasa.

Akhirnya, peran semua pihak dalam upaya penyadaran masyarakat tentang bahaya DBD dengan mengenali gejala dan cara pencegahannya harus lebih digalakkan agar korban DBD tak semakin bertambah. Gerakan massal untuk menjaga lingkungan yang lebih sehat dan bersih sudah selayaknya kembali digaungkan untuk meningkatkan kewaspadaan bersama.

Semoga informasi ini bermanfaat dan sukses selalu. Aamiin..

www.ArdaDinata.com: 
| Share, Reference & Education |
| Peneliti, penulis, dan motivator penulisan di media massa |
BACA ARTIKEL LAINNYA:
WWW.ARDADINATA.COM