"Bijak itu bahasa perbuatan. Pandai adalah bahasa pikir dan pengetahuan. Kedua kekuatan itu akan melahirkan manusia yang seimbang dalam hidupnya. Puncaknya, orang pandai dan bijaksana ini akan menjadi pemimpin yang visioner, membumi, dan dambaan rakyat." ~ Arda Dinata ~
Sungguh bahagia bila diri kita termasuk kategori manusia yang pantai dan bijaksana. Mengapa demikian? Sebab menurut kamus, bijaksana ini diartikan sebagai selalu menggunakan akal budinya (pengalaman dan pengetahuannya); arif; tajam pikiran. Bijaksana ini juga bisa dimaknai dengan kondisi pandai dan hati-hati (cermat, teliti, dsb) apabila menghadapi kesulitan dsb.
Dengan demikian, secara etimologi sikap bijaksana adalah sikap tepat dalam menyikapi setiap keadaan dan peristiwa sehingga memancarlah sifat keadilan, ketawadluan dan kebeningan hati seseorang.
Dalam bahasa lain, sikap bijaksana adalah tindakan seseorang sesuai dengan pikiran, akal sehat sehingga menghasilkan perilaku yang tepat, sesuai dan pas. Orang bijaksana ini biasanya, sebelum bertindak disertai dengan pemikiran yang cukup matang sehingga tindakan yang dihasilkan tidak menyimpang dari pemikiran. Intinya, orang bijak itu tahu hal mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak.
Lebih jauh, menurut Mmfoozi, "Pandai saya maknai sebagai orang yang mampu memanfaatkan kemampuan otak kirinya secara baik. Otak kiri akan mendorong orang untuk melakukan analisa-analisa,membuat perhitungan-perhitungan dan mengambil keputusan. Pintar saya maknai sebagai orang yang mampu memanfaatkan kemampuan otak kanannya. Yang membuatnya memiliki sikap kreatif, imajinatif dan variatif. Sedangkan cerdas saya maknai orang yang mampu memanfaatkan secara menyeluruh antara kemampuan otak kanan dan otak kiri."
Sungguh luar biasa bagi mereka yang memiliki kepandaian dan mampu bersikap bijaksana dalam hidup kesehariannya. Perilakunya akan mencerahkan dan membuat keadilan menjadi berita yang menentramkan dan membahagiakan.
Namun, sayangnya banyak diantara kita yang merasa pandai itu menggunakan kepandaiannya secara tidak bijaksana. Mereka menggunakan kepandaiannya bukan untuk kemaslahatan orang banyak. Dalam hal ini, Pramoedya Ananta Toer mengatakan, "Kesalahan orang-orang pandai ialah menganggap yang lain bodoh, dan kesalahan orang-orang bodoh ialah menganggap orang-orang lain pandai."
Secara demikian, kepandaian dan kebijakan seseorang itu akan tercermin dalam perilaku kesehariannya. Sebagai satu indikator sederhana untuk menilai kepandaian dan kebijakan seseorang itu, saya setuju dengan apa yang diungkapkan Mahfauz Naguib, "Orang dibilang pandai, dilihat dari jawabannya. Orang dikatakan bijak, dipandang dari pertanyaannya."
Akhirnya, sudahkah Anda memperhitungan setiap jawaban dan memperhatikan setiap pertanyaan yang akan disampaikan pada orang lain?
Salam sukses-berkah selalu aamiin....!
~Arda Dinata,
Pengusaha Inspirasi di Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia.