MUSIM hujan kembali telah datang, sepertinya kita sudah harus mempersiapkan diri dari segala dampaknya, seperti kemungkinan terjadinya banjir dan wabah penyakit menular. Terkait dengan penyakit menular seperti demam berdarah dengue (DBD), kita harus mewaspadainnya agar jangan sampai keluarga kita terjangkit olehnya. Karena, penyakit yang mewabah setiap tahun ini sepertinya merupakan penderitaan yang terus akan dialami, entah sampai kapan.
Menurut, Dr Andi Utama, MSc., peneliti Puslit Bioteknologi-LIPI, musim hujan tidak hanya mendatangkan banjir, tetapi juga wabah penyakit. Buktinya, setiap musim hujan selalu datang wabah penyakit menular. Pada awal musim hujan tahun ini, juga telah berjangkit wabah diare di Sumatera Barat dan demam berdarah dengue (DBD) di Jawa Timur.
Lebih jauh diungkapkan Andi Utama, diare adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme termasuk bakteri, virus, dan parasit lainnya seperti jamur, cacing dan protozoa. Namun kebanyakan kasus yang terjadi adalah akibat infeksi bakteri Vibrio cholera melalui makanan atau minuman. Infeksi diare disebabkan oleh makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri cholera ini.
Dengan kata lain, diare adalah penyakit menular yang disebabkan karena masalah kebersihan (sanitasi), baik kebersihan makanan/minuman maupun kebersihan lingkungan, dan tidak ada hubungan langsung dengan musim hujan. Walaupun demikian, terjadinya banjir pada musim hujan akan menyisakan lingkungan yang tidak sehat, sehingga memudahkan terjadinya wabah berbagai penyakit menular termasuk diare.
Berbeda dengan diare, penyakit DBD mempunyai hubungan langsung dengan musim hujan. Curah hujan yang banyak akan mengakibatkan terbentuknya genangan air yang akan menjadi sarang dan tempat hidup nyamuk Aedes egypti, yang menjadi vektor penularan penyakit DBD. Nyamuk A egypti tidak hanya menjadi vektor penularan virus Dengue, tetapi juga menjadi vektor penularan virus Yellow Fever. Walaupun saat ini Indonesia bukanlah negara endemik Yellow Fever, jika kondisi ini dibiarkan tidak tertutup kemungkinan penyakit Yellow Fever akan berjangkit di Indonesia.
Adanya kondisi genangan air akibat hujan ini tidak hanya menjadi sarang nyamuk A egypti, tapi juga menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk-nyamuk lain, termasuk nyamuk Culex sp yang menjadi vektor penularan virus Japanese encephalitis dan West Nile. Sekalipun kedua penyakit ini tidak terdapat di Indonesia saat ini, peluang untuk meluas ke Indonesia akan tetap terbuka jika masalah banjir ini tidak diatasi.
Jadi, dalam menghindari terhadap penyebaran penyakit menular. Kita harus menjaga secara bersama-sama terhadap kualitas lingkungan di sekitar tempat tinggal kita masing-masing. Di sini, misalnya, kita perlu menyadari kembali bahwa menjaga kelestarian lingkungan (hutan) adalah suatu hal yang penting. Pelestarian hutan tidak hanya mengatasi masalah banjir tetapi juga mencegah terjadinya wabah penyakit menular, termasuk munculnya penyakit baru. Walaupun kita tahu, penjagaan kelestarian hutan adalah usaha jangka panjang yang perlu diperhatikan oleh pemerintah.
Pokoknya, untuk mengantisispasi munculnya wabah DBD tahun ini, masyarakat juga harus melakukan upaya secara aktif agar wabah DBD bisa ditekan sekecil mungkin. Usaha yang efektif yang bisa dilakukan adalah apa yang kita kenal dengan istilah 3-M, yaitu menguras, menutup/menabur abate di tempat penampungan air, dan mengubur barang-barang bekas.
Akhirnya, bila usaha-usaha tersebut benar-benar kita lakukan secara bersama-sama sedini mungkin, maka saya yakin terjadinya wabah DBD akan bisa ditekan sekecil mungkin.***
Arda Dinata
Penulis adalah dosen di Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL) Kutamaya.
Pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia,