“MENUNGGU beraktivitas yang sesungguhnya perlu persiapan matang yang penuh
ketenangan.” (@ardadinata).
Itulah isi postingan FB-ku edisi May 9 at 9:30 am.
Ide postingan itu, sesungguhnya muncul setelah aku membuat rangkuman
point-point yang akan ditanyakan dan digali dalam Riset Etnografi Kesehatan di
Suku Dayak Kanayatn Desa Saham. Aku menyadari perlu persiapan matang tentang
tema yang patut digali.
Coba saja bayangkan. Selain masalah unsur budayanya sendiri yang perlu
digali. Kami dituntut untuk menggali 4 tema kesehatan di kehidupan Suku Dayak
tersebut. Ada masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS), Penyakit Menular (PM), dan Penyakit Tidak Menular (PTM).
Pagi ini, harusnya kami sudah dapat travel yang mengantarkan ke daerah
Puskesmas Pahuman yang ada di Kecamatan Sengah Temila. Jarak yang harus kami
tempuh dari Pontianak menuju Pahuman sekira 138 km. Di mana temen kami, Muilin
sebagai Tim Peneliti Daerah sudah siap menunggu. Ternyata travel yang kami
hubungi untuk pemberangkatan pagi sudah habis. Dan terpaksa, kami putuskan
untuk naik travel yang jam 12.30.
Dalam mobil travel ini berisi 7 orang penumpang dan driver. Di dalam mobil travel itu, ada
pasangan suami istri menggendong bayi yang duduk di jok tengah sebelahan dengan
remaja putri. Kalau dilihat gayanya, kelihatannya remaja itu adalah seorang
mahasiswa. Aku tadinya disuruh duduk di bagian depan dekat sopir. Tapi aku
memutuskan untuk duduk di bagian paling belakang tukaran dengan Mas Habib. Dan
di sampingku duduk seorang nenek dengan anak kecil. Anak itu cucunya, dia
memperkenalkan ketika mobil ini masih melaju di jalanan dalam Kota Pontianak.
“Aduh..... panas panas
gini musiknya euy.... bikin pusing..... udah gitu bawa mobilnya ngak nyaman
banget.... tapi mau gimana lagi? harus dinikmati.... moga baik baik saja.
aamiin...”
(Postingan FB-ku, May 9 at 1:10 pm).
Keindahan Pelangi di Rumah Radakng (Foto: Arda Dinata) |
Terus terang. Saya jadi pusing dengan posisi duduk di jok bagian belakang
ini. Apalagi sopir itu bawa mobilnya cepet banget, tanjap gas.....dan itu
musiknya bising banget. Kaya musik di diskotik. Musik house music....! Pas dengan jalanan yang meliuk-liuk. Belok ke arah
kiri dan kanan sebentar banget.
Saya jadi merasa mual-mual dibuatnya. Kaya orang lagi hamil saja euy......! Untung saya tidak sampai
muntah. Padahal aroma muntahan anak kecil penumpang sebelahku itu sudah terasa
sekali dan memancing isi perutku yang kosong ini ingin muntah juga.
“Wah....bahaya nih kalau
sampai muntah?” pikirku.
Kondisi perutku betul-betul tidak nyaman. Selain karena perjalanan
yang meliuk-liuk dan suasana mobil yang tidak nyaman. Juga ditambah lagi oleh karena
dipicu kondisi perutku yang belum diisi makanan. Untung, saya dapat bertahan sampai
dengan tempat istirahat langganan mobil travel Pontiantak-Ngabang atau
sebaliknya yang berada di daerah Sungai Pinyuh Kabupaten Pontianak.
Aku langsung turun. Pesen makanan dan minum kopi biar lebih seger. Dan
sekalian kami pesen satu dus larutan herbal untuk mencegah masuk angin sebagai
persediaan di lapangan nanti. Setelah istirahat, mobil siap berangkat
meneruskan perjalanan ke Pahuman. Saya mutuskan untuk tukeran tempat duduk
dengan Habib. Jadi saya duduk di jok paling depan sebelah supir.
Perut ini terasa lebih nyaman setelah diisi makanan dan minum kopi
tadi. Di tambah tempat duduk di depan ini mampu membuat kaki saya untuk bisa
selonjoran. Saya pun betul-betul menjadi ngantuk dan tidak memperdulikan lagi perilaku
supir membawakan kendaraan travel ini. Aku begitu merasa nyaman dan menikmati
liukan-liukan dan tanjakan perjalanan menuju Puskesmas Pahuman.
Jam 15.00. Kami sampai
di Puskesmas Pahuman. Beristirahat sebentar meluruskan kaki sambil santai
menikmati suguhan kopi yang disajikan temen-temen di Puskesmas Pahuman. Jarak
Puskesmas Pahuman ke Desa Saham sejauh 12 km. Kami diantar menuju lokasi
penelitian, yaitu di Radakng (Rumah
Panjang) Suku Dayak Kanayatn Desa Saham dengan menggunakan mobil salah satu
pegawai Puskesmas Pahuman. Namanya Stevanus Eko. Orang-orang memangilnya Eko.
Dikirain Eko itu orang Jawa. Ternyata dia penduduk asli Pahuman.
Senja yang tenang dan pemandangan indah menemani kami semobil menuju
Rumah Panjang. Kami pun disambut dengan kehadiran pelangi yang begitu indah dan
besar setengah lingkaran di atas awan. Saya begitu menikmati keindahan alam di
Desa Saham. Kami disambut indahnya pelanggi menuju Rumah Panjang tempat tinggal
masyarakat Suku Dayak Kanayatn Desa Saham. Semoga ini pertanda baik bagi kami.
Aamiin...!
Dan kami pun mulai malam ini bermalam di Radakng (Rumah Panjang) Saham yang didiami penduduk asli Suku Dayak
Kanayatn.***
Rumah Radakng, 9 Mei 2014
Arda Dinata