01.15 WIB
BUS
yang membawaku sampai di Cibiru. Daerah perbatasan wilayah Kota dan Kabupaten Bandung.
Aku turun dari bus dalam balutan waktu dini hari ditemani angin-angin Bandung
yang tidak sedingin tahun 1990-an. Awal pertama kali saya menginjakan kaki di
Kota Bandung ini.
“Oh...Bandung,
dulu anginmu banyak aku hirup dengan aneka suka dukanya. Mulai awal kuliah pada
tahun 1993. Ditambah kerja sebagai asisten dosen, dosen, dan penulis koran
hingga tahun 2003-an. Kehidupan Kota Bandung telah mengisi ruang-ruang kosong
kehidupanku,” ungkap batinku terus mengembara pada masa lalu.
Dari
pertigaan Cibiru. Angkot Cibiru-Cicadasi itu membawaku menuju armada bus Primajasa
di daerah Perumahan Batununggal Indah. Sampai di perempatan Kantor Bersama (SAMSAT)
Kota Bandung, aku turun dan disambung dengan menaiki angkutan kota jurusan Cicaheum-Leuihpanjang.
Jam
01.30 saya pesen tiket bus jurusan Bandung-Bandara Soekarno Hatta untuk
pemberangkatan jam 05.00. Sebab, jadwal penerbanganku jam 10.40 WIB. Sedangkan
waktu tempuh Bandung-Bandara Soekarno Hatta diperkirakan selama 4 jam. Berarti
ada waktu jeda sekira 3 jam lebih di armada bus Primajasa ini. Aku mengisinya
dengan istirahat dan tiduran di lantai 2. Selain itu, juga aku isi dengan menunaikan
salat malam dan subuh. Baru aku kemudian menulis update status FB.
”Nomaden setelah singgah beberapa jam di
Bandung, bada Subuh siap-siap nomaden deui ka Cengkareng. Moga lancar dan ada dalam
lindungan serta berkahNya. Aamiin...!” (Posting FB May 8 at 4:54 am).
05.00 WIB
Bus
Prima Jasa melaju sesuai jadwal. Aku lihat ada penumpang mengejar bus yang aku
naiki menggunakan ojek motor. Kelihatannya dia ketinggalan dalam hitungan
menit. Tapi, karena aturan bus ini tidak boleh menaikan dan menurunkan
penumpang di jalanan, maka dengan terpaksa kondektur menolak untuk
menaikkannya.
“Punten
Kang....ngak bisa menaikan penumpang. Silahkan saja ke kantor,” ucap kondektur.
Sepanjang
perjalanan di bus, aku nikmati dengan istirahat tiduran. Jam 8.30 bus sampai di
Bandara Soekarno Hatta. Berarti cukup lumayan waktu saya menunggu sebelum
jadwal keberangkatan menuju Bandara Supadio Pontianak.
Bandara Udara Supadio Pontianak (Sumber: Beritatrans) |
Setelah
cek ini, aku memutuskan menunggu sambil baca-baca. Sudah kuduga diawal, jadwal
penerbangan ini delay...! Kaya waktu
aku mengurus perijinan penelitian saat persiapan pada bulan Maret lalu. Inilah
di antara penyakit negeri ini. Jadwal penerbangan yang sering ngaret. Seharusnya
jam 10.40, ternyata molor menjadi 11.30. Pesawat yang aku tumpangi menggunakan
jasa penerbangan Lion Air yang dipesankan tiketnya oleh panitia riset etnografi
kesehatan menuju Bandara Supadio Pontianak. Sampai di bandara jam 13.00.
Saya
bertemu dengan tim peneliti Antropologi dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta di
Bandara Soekarno Hatta dan kami satu pesawat menuju ke Pontianak. Nama
Antropolog itu adalah Nanang Habib. Karena dari Jawa, makanya saya panggil mas
Habib. Sesampainya di bandara, kami berdua memutuskan untuk istirahat dan makan
siang di Kantin Kesatria Bandaran Supadio Pontianak. Posisi kantin itu ada di
sebelah ujung kanan halaman parkir bandara. Kami menikmati masakan khas orang
Jawa. Paras tenaga pelayannya pun sangat khas. Seperti umumnya wanita-wanita
dari Jawa.
Setelah
kami melepas lelah dan mengisi perut. Kami memutuskan untuk menginap semalam
dulu di Pontianak, sambil memantapkan persiapan dan strategi untuk memulai
penelitian di lapangan nanti. Aku pun menghubungi tim peneliti daerah mengenai
ke datangan kami diundur besok hari.
Bersama armada taksi
Kopsuka satu-satunya yang ada di Pontianak. Kami diantar ke Hotel Sentral di
daerah jalan HOS Cokroaminoto, Depan Pasar Sentral Pontianak Kalimantan Barat.
Kami manfaatkan di hotel ini untuk memulihkan rasa cape selama di perjalanan
yang masih mendera tubuhku.***Rumah Radakng, 8 Mei 2014
Arda Dinata