Baca Juga
"Kegagalan itu seperti durian—baunya menyengat, tapi kalau berani mencicipi, rasanya manis dan bikin ketagihan untuk mencoba lagi." — Wisdom dari Penjual Durian Keliling. (Sumber foto: Arda Dinata).
Oleh: Arda Dinata
INSPIRASI - "Orang sukses itu seperti bebek—di permukaan tenang, tapi di bawah air kakinya ngayuh kayak orang kesetrum listrik PLN." — Filsuf Warung Kopi Pak Udin
Breaking news! Kemarin seorang warga Jakarta berhasil bangkit dari kegagalan bisnis online shop dalam waktu rekor 3.5 detik. Ia langsung membuka lapak baru setelah ditinggal kabur supplier yang membawa uang muka Rp 50 juta. "Saya sudah belajar dari para motivator YouTube bahwa kegagalan itu cuma mindset," ujar Budi (35), sambil menyeka air mata dengan tissue bekas kemasan mie instan.
Fenomena "bangkit super cepat" ini memang tengah menjadi tren. Seperti cerita Nenek Siti di kampung saya yang bangkit dari terjatuh di kamar mandi hanya dalam 0.2 detik—padahal umurnya sudah 78 tahun. "Rahasia saya adalah jangan pernah berpikir bahwa jatuh itu menyakitkan," katanya sambil mengelus pinggangnya yang bengkak.
Dalam tradisi Jawa, ada pepatah "Wong tibo yo kudu enggal tangi" (orang jatuh ya harus cepat bangun). Tapi zaman now, pepatah ini sudah di-upgrade menjadi "Wong tibo yo kudu instan bangun plus langsung jualan online." Sungguh evolusi spiritual yang mengagumkan.
Resep Ajaib
Para ahli kegagalan-ologi modern telah menemukan formula revolusioner: Kegagalan + Denial + Optimisme Buta = Bangkit Instan. Dr. Sukses Palsu dari Universitas Mimpi Indah menjelaskan, "Yang penting itu confidence, bukan competence. Makanya banyak orang sukses yang sebenarnya tidak tahu apa yang mereka lakukan."
Saya pernah bertemu dengan Pak Joko, pengusaha legendaris yang bangkit dari kebangkrutan sebanyak 47 kali. "Kuncinya simpel," katanya sambil menyedot kopi tubruk, "Setiap gagal, saya langsung lupa. Memori saya khusus dihapus bagian yang menyedihkan. Sisanya ya... improvisasi total."
Metode Pak Joko ini ternyata sudah dipraktikkan jutaan orang Indonesia. Lihat saja para politisi kita—setiap kali terjerat kasus, mereka bangkit dengan kecepatan cahaya, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa. "Kegagalan itu hanya ada di kamus orang yang belum belajar lupa ingatan selektif," kata seorang pejabat yang enggan disebutkan namanya sambil tersenyum di depan kamera.
Filosofi Kodok
Menurut filosofi kodok sawah, bangkit cepat itu natural law. Kodok tidak pernah depresi setelah gagal menangkap lalat. Mereka langsung lompat mencari lalat berikutnya dengan semangat 45. "Kodok tidak punya waktu untuk merenung," kata Profesor Herpetologi Universitas Candradimuka, "Mereka tahu bahwa di dunia ini cuma ada dua pilihan: makan atau dimakan."
Tapi tunggu dulu. Apakah bangkit super cepat ini benar-benar bijaksana? Saya teringat cerita seorang teman yang bangkit begitu cepat dari perceraian, langsung menikah lagi dalam seminggu. Hasilnya? Cerai lagi dalam sebulan. "Ternyata saya belum belajar apa-apa dari kegagalan pertama," katanya sambil menandatangani surat cerai yang kedua.
Ada juga kisah pengusaha yang bangkit terlalu cepat sampai lupa menganalisis kenapa bisnis sebelumnya bangkrut. Akibatnya, ia mengulang kesalahan yang sama berulang-ulang seperti film Groundhog Day versi entrepreneurship.
Kebijaksaan Sejati
Mungkin kita perlu belajar dari pohon bambu. Konon, bambu butuh 4 tahun untuk mengakar kuat sebelum akhirnya tumbuh 90 kaki dalam 6 minggu. Selama 4 tahun itu, bambu terlihat tidak berkembang di permukaan. Tapi di bawah tanah, ia sedang membangun fondasi yang kokoh.
Berbeda dengan kita yang ingin bangkit secepat notifikasi WhatsApp. Kita lupa bahwa kegagalan itu seperti guru galak—menyebalkan, tapi sebenarnya mau mengajari kita sesuatu. Kalau kita kabur terlalu cepat, ya tidak dapat ilmunya dong.
Jadi, mungkin bangkit super cepat itu bukan tentang kecepatan, tapi tentang kecerdasan. Bukan tentang melupakan kegagalan, tapi tentang mencerna hikmahnya. Seperti kata pepatah yang saya buat sendiri: "Orang bijak itu seperti nasi gudeg—dimasak pelan-pelan, tapi rasanya awet dan menggugah selera."
Pada akhirnya, bangkit dari kegagalan memang perlu kecepatan. Tapi jangan sampai kecepatan itu membuat kita menabrak pohon yang sama berkali-kali. Lebih baik lambat tapi selamat, daripada cepat tapi nyungsep lagi.
"Kegagalan itu seperti durian—baunya menyengat, tapi kalau berani mencicipi, rasanya manis dan bikin ketagihan untuk mencoba lagi." — Wisdom dari Penjual Durian Keliling
Arda Dinata adalah Kolomnis dan Pendiri MIQRA Indonesia.
Tulisan Arda Dinata lainnya baca di sini:
https://blog.ardadinata.com
Agar Saya Terus Berbagi Tulisan | Cerita | Videogram Inspiratif, Donasi Kebaikan Anda ke sini:
👇😍👇
https://saweria.co/ArdaDinata
Tagar: #ArdaDinata #PenulisKolom #BangkitDariKegagalan #MotivasiIndonesia #SatirSosial #FilsafatHidup #KolumParodi
Baca Juga
Jangan ragu untuk memberikan komentar di bawah ini dan mengikuti kami di saluran WhatsApp "ProduktifMenulis.com (Group)" dengan klik link ini: WhatsApp ProduktifMenulis.com (Group) untuk mendapatkan info terbaru dari website ini.
Arda Dinata adalah Penulis di Berbagai Media Online dan Penulis Buku, Aktivitas Kesehariannya Membaca dan Menulis, Tinggal di Pangandaran - Jawa Barat.