Oleh Arda Dinata, AMKL.
RUMAH
diakui banyak pihak sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia.
Keberadaannya, selain sebagai tempat berlindung dan membina keluarga,
rumah juga dapat dijadikan indikator untuk menilai kesejahteraan suatu
masyarakat. Namun, syaratnya, rumah itu harus sehat dan layak huni.
Untuk
menilai kesehatan rumah, kita harus melihatnya dari dua pengertian
dasar, yaitu rumah dan sehat. Menurut Soeharmadi, rumah adalah tempat
untuk berlindung atau bernaung dari pengaruh keadaan alam sekitarnya
(hujan, matahari, dll), serta merupakan tempat beristirahat setelah
bertugas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Adapun definsi sehat,
menurut WHO, diartikan sebagai keadaan yang sempurna baik fisik, mental
dan sosial, bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit dan kecacatan.
Berdasarkan pengertian itu, berarti rumah sehat merupakan tempat berlindung, bernaung dan beristirahat, sehingga memungkinkan seseorang untuk menumbuhkan kehidupan yang sempurna, baik fisik, rohani maupun sosial. Jadi, dari pengertian ini, dapat kita lihat bahwa sesungguhnya syarat rumah sehat itu tidak hanya bangunanya harus memenuhi syarat kesehatan. Namun, perlu diperhatikan pula berkait dengan unsur kesegaran dan kenyamanan rumah berikut lingkungan sekitarnya. Sehingga pantas saja, kalau Winslow dan Apha menyebutkan rumah yang sehat itu harus memenuhi kebutuhan physiologis dan psychologi, mencegah penularan penyakit, serta mencegah terjadinya kecelakaan.
Untuk menggapai kondisi rumah yang memenuhi kebutuhan seperti itu, tentu kita harus memperhatikan aspek-aspek teknis yang berhubungan langsung dengan usaha penyehatan rumah berikut ini.
Pengaturan Asap Dapur
Tiap rumah dapat dipastikan memiliki dapur. Kondisi asap dapur dari rumah yang pembuangan asapnya tidak benar, tentu akan berakibat mengganggu pernafasan dan mungkin dapat merusak alat-alat pernafasan. Selain itu, dapat membuat lingkungan rumah menjadi kotor dan mengakibatkan mata menjadi perih.
Cara mengatasi keadaan itu, buatlah jalan keluar asap pada bagian atas dapur (sumber asap), aturlah sistem penghawaan yang baik di dapur yaitu melalui pengaturan luas ventilasi dapur sebesar 5 % dari luas lantainya.
Perhatikan Kondisi Suhu dan Kelembaban
Kondisi suhu di dalam ruangan sebaiknya yang optimal. Menurut Mc Nall, temperatur yang optimal di dalam rumah adalah 73-88 0 F (23-25 0 C). Bila kondisi suhu tidak optimal, misalnya terlalu panas akan berdampak pada cepat lelahnya saat bekerja dan tidak cocoknya untuk istirahat. Sebaliknya, bila kondisinya terlalu dingin akan tidak menyenangkan dan pada orang tertentu dapat menimbulkan alergi.
Untuk mengatasi suhu yang tidak optimal, langkahnya dengan mempergunakan atap dan flapon yang dapat menahan panas matahari, dinding tidak lembab, pertukaran udara baik, dan menanam pohon pelindung untuk mengurangi sengatan sinar matahari.
Sementara itu, kelembaban pada lantai dan dinding perlu mendapat perhatian khusus dari setiap penghuni rumah. Sebab, keadaan kelembaban yang tinggi akan menyebabkan lantai dan diding basah. Keadaan ini dapat mengganggu kesehatan bagi penghuninya, misalnya bisa menyebabkan terjadinya penyakit ISPA, asma, bronhitis, dan menyebabkan daya tahan tubuh secara umum menurun. Di samping kondisi ini akan membuat jamur/lumut mudah tumbuh dan dampaknya cepat atau lambat akan merusak bangunan rumah.
Untuk mengatasi kelembaban, maka perhatikan kondisi drainase/saluran air di sekeliling rumah, lantai harus kedap air, sambungan pondasi dengan dinding harus kedap air, atap tidak bocor dan tersedia ventilasi yang cukup.
Atur Ventilasi atau Pertukaran Udara
Pengadaan ventilasi dan jendela yang memenuhi syarat kesehatan (baca: 5 % dari luas lantai), pada dasarnya merupakan usaha untuk memelihara kondisi oksigen yang menyehatkan dan menyenangkan bagi penghuni rumah. Bila kebutuhan itu tak terpenuhi, tentu dapat mengganggu pernafasan dan mempermudah penularan penyakit pernafasan seperti flu, TBC, dll.
Cara mengatasinya, yaitu dengan membuat jendela dan ventilasi yang cukup. Dan untuk memperlancar sirkulasi udara, maka kondisi jendela harus selalu dibuka pada siang hari.
Penerangan pada siang hari di dalam rumah dapat diperoleh dari sinar matahari. Untuk penerangan malam hari digunakan pencahayaan buatan, misalnya dengan menggunakan pencahayaan bersumber dari listrik yang mampu menghasilkan penerangan yang cukup. Sebab, bila penerangan di dalam rumah ini tidak mencukupi maka dapat menimbulkan kelelahan mata, kecelakaan dan menurunkan produktivitas kerja di dalam rumah.
Untuk memperoleh penerangan yang baik, selain memanfaatkan penerangan matahari sebanyak mungkin untuk menerangi ruangan rumah pada siang hari melalui jendela, lubang ventilasi, pintu atau atap rumah (genteng kaca), juga gunakan pewarnaan warna-warna muda (cerah) untuk lantai, dinding, maupun langit-langit rumah dan gunakanlah listrik yang cukup dan tidak menyilaukan pada malam harinya.
Menghindari Kebisingan
Kebisingan adalah suara-suara yang tidak diinginkan oleh telinga kita. Apabila kebisingan terjadi di dalam rumah, maka akan dapat mengakibatkan gangguan pada pendengaran (bila terjadi terus menerus), dapat mengakibatkan ekses-ekses menurunnya daya tahan tubuh dan mental serta dapat mengurangi kenyamanan.
Cara mengatasinya yaitu dengan mendirikan bangunan jauh dari sumber bising, membuat dinding pemisah dan berlapis atau menggunakan bahan bangunan yang kedap suara, serta menanam pohon pelindung di sekitar rumah.
Kepenuh Sesakan (Over Crowding)
Kepenuh sesakan di dalam rumah dapat terjadi karena jumlah penghuni rumah melebihi kapasitas. Ini tentu akan mengurangi kenyamanan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Di samping juga memungkinkan cepat terjadinya penularan penyakit saluran pernafasan yang ditularkan oleh virus dan akibat kontak perorangan, serta bisa berakibat menurunnya produktivitas kerja di dalam rumah akibat terjadinya ganguan psikologis.
Usaha untuk mengatasinya adalah dengan membuat kondisi yang seimbang antara jumlah penghuni rumah dengan jumlah dan luas kamar. Adapun persyaratan minimal adalah 8 meter untuk tiap-tiap orang. Selain itu, perlu ada pengaturan terhadap penempatan perabotan rumah tangga yang baik (baca: tidak terlalu penuh-sesak).
Anti Serangga dan Tikus
Gangguan yang ditimbulkan oleh serangga dan tikus adalah dapat menularkan penyakit seperti demam berdarah, malaria, kaki gajah, penyakit perut dan dapat mengganggu kenyamanan beristirahat serta dapat mengotori makanan dan minuman di dalam rumah.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi serangga ini ialah biasakan memelihara kebersihan lingkungan, melakukan pencegahan dengan memasang kawat kasa pada pintu, jendela dan lubang-lubang yang memungkinkan serangga masuk ke dalam rumah. Selain itu, hilangkan tempat-tempat yang memungkinkan menjadi tempat bersarangnya serangga yang ada di dalam dan sekitar rumah, seperti genangan air, kaleng bekas, membersihkan tempat penampungan air, gantungan pakaian di tempat tidur, dll.
Sementara itu, untuk mengatasi tikus maka perlu diperhatikan terhadap kontruksi rumah. Di rumah hendaknya tidak boleh ada sudut mati untuk tempat tikus beristirahat, bersarang dan bersembunyi. Usahakan agar tanaman tidak mengenai atap rumah, dan lubang selokan diberi saringan penutup.
Akhirnya, dengan memperhatikan aspek-aspek teknis penyehatan rumah di atas, maka kita dapat menciptakan kondisi rumah yang aman dan menyehatkan. Dampaknya, secara otomatis setiap penghuni terpenuhi kebutuhan akan kenyamanan dan kesehatan rumahnya.***
Berdasarkan pengertian itu, berarti rumah sehat merupakan tempat berlindung, bernaung dan beristirahat, sehingga memungkinkan seseorang untuk menumbuhkan kehidupan yang sempurna, baik fisik, rohani maupun sosial. Jadi, dari pengertian ini, dapat kita lihat bahwa sesungguhnya syarat rumah sehat itu tidak hanya bangunanya harus memenuhi syarat kesehatan. Namun, perlu diperhatikan pula berkait dengan unsur kesegaran dan kenyamanan rumah berikut lingkungan sekitarnya. Sehingga pantas saja, kalau Winslow dan Apha menyebutkan rumah yang sehat itu harus memenuhi kebutuhan physiologis dan psychologi, mencegah penularan penyakit, serta mencegah terjadinya kecelakaan.
Untuk menggapai kondisi rumah yang memenuhi kebutuhan seperti itu, tentu kita harus memperhatikan aspek-aspek teknis yang berhubungan langsung dengan usaha penyehatan rumah berikut ini.
Pengaturan Asap Dapur
Tiap rumah dapat dipastikan memiliki dapur. Kondisi asap dapur dari rumah yang pembuangan asapnya tidak benar, tentu akan berakibat mengganggu pernafasan dan mungkin dapat merusak alat-alat pernafasan. Selain itu, dapat membuat lingkungan rumah menjadi kotor dan mengakibatkan mata menjadi perih.
Cara mengatasi keadaan itu, buatlah jalan keluar asap pada bagian atas dapur (sumber asap), aturlah sistem penghawaan yang baik di dapur yaitu melalui pengaturan luas ventilasi dapur sebesar 5 % dari luas lantainya.
Perhatikan Kondisi Suhu dan Kelembaban
Kondisi suhu di dalam ruangan sebaiknya yang optimal. Menurut Mc Nall, temperatur yang optimal di dalam rumah adalah 73-88 0 F (23-25 0 C). Bila kondisi suhu tidak optimal, misalnya terlalu panas akan berdampak pada cepat lelahnya saat bekerja dan tidak cocoknya untuk istirahat. Sebaliknya, bila kondisinya terlalu dingin akan tidak menyenangkan dan pada orang tertentu dapat menimbulkan alergi.
Untuk mengatasi suhu yang tidak optimal, langkahnya dengan mempergunakan atap dan flapon yang dapat menahan panas matahari, dinding tidak lembab, pertukaran udara baik, dan menanam pohon pelindung untuk mengurangi sengatan sinar matahari.
Sementara itu, kelembaban pada lantai dan dinding perlu mendapat perhatian khusus dari setiap penghuni rumah. Sebab, keadaan kelembaban yang tinggi akan menyebabkan lantai dan diding basah. Keadaan ini dapat mengganggu kesehatan bagi penghuninya, misalnya bisa menyebabkan terjadinya penyakit ISPA, asma, bronhitis, dan menyebabkan daya tahan tubuh secara umum menurun. Di samping kondisi ini akan membuat jamur/lumut mudah tumbuh dan dampaknya cepat atau lambat akan merusak bangunan rumah.
Untuk mengatasi kelembaban, maka perhatikan kondisi drainase/saluran air di sekeliling rumah, lantai harus kedap air, sambungan pondasi dengan dinding harus kedap air, atap tidak bocor dan tersedia ventilasi yang cukup.
Atur Ventilasi atau Pertukaran Udara
Pengadaan ventilasi dan jendela yang memenuhi syarat kesehatan (baca: 5 % dari luas lantai), pada dasarnya merupakan usaha untuk memelihara kondisi oksigen yang menyehatkan dan menyenangkan bagi penghuni rumah. Bila kebutuhan itu tak terpenuhi, tentu dapat mengganggu pernafasan dan mempermudah penularan penyakit pernafasan seperti flu, TBC, dll.
Cara mengatasinya, yaitu dengan membuat jendela dan ventilasi yang cukup. Dan untuk memperlancar sirkulasi udara, maka kondisi jendela harus selalu dibuka pada siang hari.
Penerangan pada siang hari di dalam rumah dapat diperoleh dari sinar matahari. Untuk penerangan malam hari digunakan pencahayaan buatan, misalnya dengan menggunakan pencahayaan bersumber dari listrik yang mampu menghasilkan penerangan yang cukup. Sebab, bila penerangan di dalam rumah ini tidak mencukupi maka dapat menimbulkan kelelahan mata, kecelakaan dan menurunkan produktivitas kerja di dalam rumah.
Untuk memperoleh penerangan yang baik, selain memanfaatkan penerangan matahari sebanyak mungkin untuk menerangi ruangan rumah pada siang hari melalui jendela, lubang ventilasi, pintu atau atap rumah (genteng kaca), juga gunakan pewarnaan warna-warna muda (cerah) untuk lantai, dinding, maupun langit-langit rumah dan gunakanlah listrik yang cukup dan tidak menyilaukan pada malam harinya.
Menghindari Kebisingan
Kebisingan adalah suara-suara yang tidak diinginkan oleh telinga kita. Apabila kebisingan terjadi di dalam rumah, maka akan dapat mengakibatkan gangguan pada pendengaran (bila terjadi terus menerus), dapat mengakibatkan ekses-ekses menurunnya daya tahan tubuh dan mental serta dapat mengurangi kenyamanan.
Cara mengatasinya yaitu dengan mendirikan bangunan jauh dari sumber bising, membuat dinding pemisah dan berlapis atau menggunakan bahan bangunan yang kedap suara, serta menanam pohon pelindung di sekitar rumah.
Kepenuh Sesakan (Over Crowding)
Kepenuh sesakan di dalam rumah dapat terjadi karena jumlah penghuni rumah melebihi kapasitas. Ini tentu akan mengurangi kenyamanan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Di samping juga memungkinkan cepat terjadinya penularan penyakit saluran pernafasan yang ditularkan oleh virus dan akibat kontak perorangan, serta bisa berakibat menurunnya produktivitas kerja di dalam rumah akibat terjadinya ganguan psikologis.
Usaha untuk mengatasinya adalah dengan membuat kondisi yang seimbang antara jumlah penghuni rumah dengan jumlah dan luas kamar. Adapun persyaratan minimal adalah 8 meter untuk tiap-tiap orang. Selain itu, perlu ada pengaturan terhadap penempatan perabotan rumah tangga yang baik (baca: tidak terlalu penuh-sesak).
Anti Serangga dan Tikus
Gangguan yang ditimbulkan oleh serangga dan tikus adalah dapat menularkan penyakit seperti demam berdarah, malaria, kaki gajah, penyakit perut dan dapat mengganggu kenyamanan beristirahat serta dapat mengotori makanan dan minuman di dalam rumah.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi serangga ini ialah biasakan memelihara kebersihan lingkungan, melakukan pencegahan dengan memasang kawat kasa pada pintu, jendela dan lubang-lubang yang memungkinkan serangga masuk ke dalam rumah. Selain itu, hilangkan tempat-tempat yang memungkinkan menjadi tempat bersarangnya serangga yang ada di dalam dan sekitar rumah, seperti genangan air, kaleng bekas, membersihkan tempat penampungan air, gantungan pakaian di tempat tidur, dll.
Sementara itu, untuk mengatasi tikus maka perlu diperhatikan terhadap kontruksi rumah. Di rumah hendaknya tidak boleh ada sudut mati untuk tempat tikus beristirahat, bersarang dan bersembunyi. Usahakan agar tanaman tidak mengenai atap rumah, dan lubang selokan diberi saringan penutup.
Akhirnya, dengan memperhatikan aspek-aspek teknis penyehatan rumah di atas, maka kita dapat menciptakan kondisi rumah yang aman dan menyehatkan. Dampaknya, secara otomatis setiap penghuni terpenuhi kebutuhan akan kenyamanan dan kesehatan rumahnya.***
Penulis adalah sanitarian dan tergabung di Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI).