Oleh: Arda Dinata
Pendiri
Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam/ MIQRA Indonesia
POSITIF itu sikap yang melahirkan semangat, harapan, optimis, sumber ketenangan
hati dan bijaksana. Positif juga berarti semua aktivitas kebaikan yang
mengandung makna dan nilai-nilai positif dari perilaku seseorang.
Sementara itu,
dalam Islam kita mengetahui bahwa seorang anak pada hakikatnya adalah sumber
kebahagiaan keluarga, karunia Allah, penerus garis keturunan, pelestarian
pahala orang tua, amanat Allah dan mahluk independen. Dengan menyadari hakikat
anak itu, diharapkan para orang tua akan menyadari pula apa kewajiban dan
tanggung jawabnya dalam mendidik anak. Di antaranya berupa membangun sikap
positif anak.
Kesuksesan dalam mendidik anak akan ditentukan oleh ketiga
kekuatan yaitu orang tua, pendidik dan masyarakatnya. Di sini, peran yang
menentukan dan strategis dalam periode awal kehidupan seorang anak ialah pola
didik dan asuhan dari kedua orangtuanya. Memang, tiap anak tidak bisa
disamakan. Masing-masing punya karakter berbeda. Namun demikian, secara umum
anak-anak itu memiliki sifat dan kebiasaan sama.
Didiklah moral anak secara tepat. Abdul Malik bin Marwan mengatakan
seraya memberikan nasehat kepada guru dari anaknya, “Ajarkanlah kepada mereka
kejujuran sebagaimana kamu mengajarkan kepada mereka Alquran. Biasakanlah
mereka dengan akhlak yang terpuji.
Bacakan kepada mereka syair-syair agar mereka berani dan bersemangat.
Ajaklah mereka duduk-duduk bersama orang-orang besar dan para ilmuwan. Jauhkan
mereka dari orang-orang yang rendah budinya dan para pelayan, karena mereka
adalah orang-orang yang paling rendah budinya. Hargailah mereka ditempat
keramaian dan tegurlah mereka secara rahasia. Pukullah mereka atas perbuatan
dusta, karena dusta menarik kepada kemaksiatan. Dan kemaksiatan itu sungguh
menarik kepada neraka.”
Kalau mau jujur, orang tua sebagai manusia dewasa tentu kita sepakat
bahwa ada berbagai hal yang mempengaruhi sikap hidupnya. Ada faktor lingkungan,
pendidikan, dan pengalaman hidup itu sendiri. Lalu, muncul satu pertanyaan,
siapakah sesungguhnya yang paling bertanggung jawab atas sikap hidup kita?
Pihak yang paling
bertanggung jawab atas sikap kita adalah diri kita sendiri. Kita harus siap
menerima tanggung jawab itu sepanjang hidup kita. Dalam arti lain, sebagai
manusia dewasa, kita harus menerima tanggung jawab atas perilaku kita
sehari-hari. Persepsi inilah yang harus kita sadari dalam mendidik anak.
Lebih-lebih, dia merupakan calon manusia dewasa yang masih dalam masa
pertumbuhan.
Apalagi, fakta
memperlihatkan pada orang-orang yang memiliki sikap negatif akan menyalahkan
siapa pun. Bisa orang tua, guru, teman, pasangan suami/istri, kondisi ekonomi
dan lainnya atas kegagalan yang menimpa mereka. Jika selama ini fakta negatif
tersebut menyelimuti hidup Anda, maka mulai sekarang Anda harus
meninggalkannya. Sebab, bila perilaku negatif ini terus dipelihara, maka hidup
Anda akan sengsara dan merugi.
Untuk itu, segera
bersihkan diri Anda dan kembalilah ke jalur yang benar. Yakni pikirkan hal-hal
positif yang benar, jujur dan baik dalam keseharian hidup Anda. Pola pikir
seperti inilah, yang akan menempatan kita pada kondisi pikiran yang positif.
Terkait keinginan membangun sikap positif anak ini, patut kita praktikkan 8
langkah berikut ini, yang saya adaptasi dari buku You Can Win karya Shiv Khera
(1998) dengan penuh kesadaran oleh setiap orang tua.
1. Ubahlah fokus
Anda. Kita harus berfokus pada hal-hal positif dalam hidup. Marilah mulai
mencari yang benar dalam diri seseorang atau situasi tertentu dan bukan mencari
apa yang salah. Pada dasarnya, kebanyakan orang akan berhasil menemukan apa
yang mereka cari. Jika mereka mencari persahabatan, kebahagiaan dan hal
positif, maka itulah yang akan mereka dapatkan. Sebaliknya, jika mereka mencari
perselisihan, maka itu pula yang mereka dapatkan.
2. Membiasakan
diri. Penundaan itu menimbulkan sikap negatif. Kebiasaan menunda membuat Anda
lebih lelah dibandingkan melakukannya. Padahal, pekerjaan yang selesai akan
membuat Anda puas dan membangkitkan semangat. Jadi, biasakan perilaku positif
mulai sekarang.
3. Kembangkan rasa
bersyukur. Kita seringkali begitu terfokus pada keluhan tentang segala hal yang
tidak kita miliki, sehingga kita tidak melihat hal-hal yang kita miliki.
Padahal, banyak hal yang patut kita syukuri. Banyak berkah yang kita miliki.
4. Bergabunglah
dalam program pendidikan berkelanjutan. Yakni pendidikan yang membentuk sifat
dasar dari karakter, seperti kejujuran, kasih sayang, keberanian, ketekunan,
dan tanggung jawab. Kita harus bersaing untuk memperoleh pengetahuan dan
kebijaksanaan, bukan nilai akademis. Pengetahuan menumpuk fakta, sedangkan
kebijaksanaan menyederhanakannya.
5. Membangun
penghargaan diri yang positif. Penghargaan diri adalah perasaan kita tentang
diri kita sendiri. Jika kita merasa penghargaan diri yang baik, maka prestasi
kita akan meningkat. Hubungan kita dengan orang lain pun akan semakin baik.
Bila Anda ingin membangun harga diri yang positif, cara tercepat adalah dengan
berbuat baik kepada orang lain.
6. Jauhi hal-hal
negatif. Jangan biarkan orang yang berpikiran negatif menjatuhkan Anda. Hal-hal
negatif yang patut Anda jauhi, di antaranya adalah pikiran negatif Anda sendiri
dan perilaku negatif dari pihak lainnya.
7. Belajar menyukai
hal-hal yang harus dilakukan. Dalam hidup ini, ada hal yang harus dilakukan
tanpa pandang bulu, apakah kita suka atau tidak. Contohnya, seorang ibu yang
harus membesarkan anak-anak mereka. Jadi, belajarlah menyukai sesuatu yang
mesti kita lakukan.
8. Mulailah hari-hari Anda dengan
hal-hal positif. Baca atau dengarlah sesuatu yang positif di pagi hari. Sebab,
hal ini akan menentukan suasana hari itu, dan menempatkan kita pada kerangka
positif yang benar, yang membuat setiap hari menjadi positif. Terkait dengan
ini, William James mengatakan, “Jika Anda ingin mengubah hidup Anda, maka Anda
harus segera memulai dan melakukannya dengan semangat.”***