Dear Writer…: Menulis sebagai Sebuah Kegiatan Mencipta?
Oleh Hernowo
"Ketika kamu mulai membuat tulisan (dalam bentuk catatan harian), kamu mulai memberikan banyak perhatian kepada dirimu sendiri dan kepada apa yang terjadi di dalam hatimu—sesuatu yang terpencil, yang paling rahasia, yang ada di dalam dirimu. Dari kegiatan yang jauh menukik ke dalam dirimu itulah hidup, vitalitas, dan makna akan kisah-kisahmu berasal."
—CARMEL BIRD
Ketika seseorang bertanya kepada saya, "Apakah menulis di buku catatan harian sama dengan menulis bebas?" saya pun teringat buku karya Carmel Bird. Saya menemukan kata-kata bagus ciptaan Carmel Bird—yang saya kutip di atas—di buku yang bagus dan unik pula. Buku itu berjudul Dear Writer: The Classic Guide to Writing Fiction (1996) karya Bird. Meskipun Bird menujukan bukunya untuk orang-orang yang ingin menulis fiksi, saya merasakan sekali bahwa ada sebagian nasihatnya yang dapat digunakan oleh para penulis yang ingin menulis nonfiksi dalam bentuk bercerita atau bertutur.
Dear Writer—yang disusun dengan cara unik dalam bentuk surat-menyurat fiktif antara seorang penulis dengan editornya—saya manfaatkan untuk keperluan mengasah kemampuan menulis nonfiksi dalam bentuk bercerita. Buku yang pernah menjadi bacaan wajib di beberapa universitas di Australia ini dilengkapi dengan kutipan-kutipan yang sangat menginspirasi yang berasal dari para penulis terkenal. Di halaman-halaman akhir buku Dear Writer, ada satu lampiran menarik tentang dorongan menulis dan proses kreatif bagaimana mengarang sebuah cerita pendek.
Bird adalah penulis kelahiran Tasmania yang pada saat menulis buku Dear Writer tinggal di Melbourne. Bird telah menerbitkan tiga novel, empat kumpulan cerpen, dan buku lain tentang inspirasi bagi seorang penulis, Not Now Jack—I'm Writing a Novel, serta menjadi editor dua buku antologi yang berisi tulisan tentang Australia, Relations dan Red Hot Notes. Selain terus menulis, Bird juga berpengalaman mengajarkan matakuliah creative writing. Ada satu kutipan di dalam buku Bird yang terus saya ingat hingga kini. Kutipan itu berasal dari William Kennedy, "Menulis adalah seni yang begitu rumit, sungguh rumit memahami apa yang Anda coba keluarkan dari imajinasi Anda sendiri, dari kehidupan Anda sendiri."
Jadi, apakah kegiatan menulis di buku harian dapat disamakan dengan kegiatan menulis bebas (free writing). Saya ingin menjawab, "Ya." Kok bisa? Karena, menulis catatan harian—sebagaimana dikatakan Bird—adalah menulis untuk diri sendiri. Anda sedang berhadap-hadapan dengan diri Anda sendiri ketika menulis di catatan harian Anda. Tak ada siapa-siapa di situ. Anda juga bebas mau menulis apa saja. Hanya, memang, free writing lebih ditujukan untuk membuat diri kita dapat membebaskan diri dari segala kerangkeng (aturan) menulis atau beban-beban yang menindih diri kita di saat menulis, sementara menulis di buku catatan harian lebih ditujukan untuk berdialog dengan diri dan memahami diri.
Ketika saya memimpin Penerbit Mizan Learning Center (MLC) dan, waktu itu, dibantu Yuliani Liputo—yang menyusun buku bagus berjudul Kid's Reading Journal (2009)—MLC dan juga Kaifa sempat mengumpulkan buku-buku bagus yang berisi tentang bagaimana membuat catatan harian yang tak sekadar catatan harian. Buku-buku bagus tersebut, antara lain, adalah A Book of Your Own: Keeping a Diary or Journal (1993) karya Carla Stevens, lalu Writer's Notebook: Unlocking the Writer within You (1996) karya Ralph Fletcher, dan It's My Life! A Power Journal for Teens: A Workout fo Your Mind (2000) karya seorang doktor dalam bidang Psikologi Klinik, Tian Dayton.
Buku-buku tersebut—bersama buku serial catatan harian fiktifnya seorang remaja bernama Amelia karya Marissa Moss, Amelia's 6th Grade Notebook (2005) yang memadukan teks dan gambar-gambar jenaka—menjadi sebuah pengetahuan baru bagi saya, waktu itu, betapa menulis di buku catatan harian dapat dimanfaatkan untuk membangun karakter. Saya akan mencoba mengisahkan apa saja peran catatan harian dalam membangun karakter dalam tulisan-tulisan mendatang. Insya Allah.[]