AKHLAK mulia merupakan cerminan keimanan dan amal saleh seseorang. Ia juga
merupakan ciri-ciri keunggulan manusia, disamping keimanan yang utuh dan amal
ibadah itu sendiri.
Keberadaan akhlak mulia bagi setiap pribadi unggul, adalah buah dari
keimanan yang kental. Ia merupakan kekayaan yang tinggi nilainya dalam
kehidupan manusia. Untuk itu, sejak awal kita harus berusaha memburu keilmuan
itu sebagai bekal dalam membangun kehidupan.
Dalam hal ini, kita telah sepakat bahwa kemuliaan akhlak bangsa ini
akan tumbuh dengan baik, bila individu-individu dalam keluarga itu telah
memiliki akhlak mulia. Rasulullah Saw adalah contoh utama pembentuk akhlak
dalam kehidupan setiap muslim. Dalam sebuah hadits, Nabi Saw bersabda, “Sesungguhnya
aku diutuskan untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad).
Berikut ini, ada beberapa nilai akhlak Islam yang menjadi tonggak
amalan –sehingga patut dikedepankan— bagi setiap (keluarga) muslim dalam
melahirkan individu/pribadi unggul.
Pertama, ikhlas. Ikhlas adalah inti dari setiap ibadah dan perbuatan seorang muslim. Allah SWT berfirman dalam QS. Al Bayyinah: 5, ”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan –keikhlasan— kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
Pertama, ikhlas. Ikhlas adalah inti dari setiap ibadah dan perbuatan seorang muslim. Allah SWT berfirman dalam QS. Al Bayyinah: 5, ”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan –keikhlasan— kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
Keikhlasan seseorang akan menghasilkan kemenangan dan kejayaan.
Anggota masyarakat yang mengamalkan sifat ikhlas, akan mencapai kebaikan
lahir-bathin dan dunia-akherat, bersih dari sifat kerendahan dan mencapai
perpaduan, persaudaraan, perdamaian serta kesejahteraan. Nabi Saw bersabda, “Bahagialah
dengan limpahan kebaikan bagi orang-orang yang bila dihadiri (berada dalam
kumpulan) tidak dikenal, tetapi apabila tidak hadir tidak pula kehilangan.
Mereka itulah pelita hidayah. Tersisih daripada mereka segala fitnah dan
angkara orang yang zalim.” (HR. Imam al-Baihaqi).
Kedua, amanah. Yaitu sifat mulia yang
mesti diamalkan oleh setiap orang. Amanah adalah asas ketahanan ummat,
kestabilan negara, kekuasaan, kehormatan dan roh kepada keadilan. Singkatnya,
amanah berarti sesuatu yang dipercayakan sehingga kita harus menjaga amanah
tersebut. Dalam hal ini, Allah berfirman dalam Alquran, yang artinya: “….maka
tunaikanlah oleh orang yang diamanahkan itu akan amanahnya dan bertakwalah
kepada Allah Tuhannya;….” (QS. Al Baqarah: 283).
Ketiga, adil. Bersifat adil berarti
menempatkan/meletakan sesuatu pada tempatnya. Adil juga tidak lain ialah berupa
perbuatan yang tidak berat sebelah. Para Ulama menempatkan adil kepada beberapa
peringkat, yaitu adil terhadap diri sendiri, bawahan, atasan/pimpinan dan
sesama saudara. Nabi Saw bersabda, “Tiga perkara yang menyelamatkan yaitu
takut kepada Allah ketika bersendiriaan dan di khalayak ramai, berlaku adil
pada ketika suka dan marah, dan berjimat cermat ketika susah dan senang; dan
tiga perkara yang membinasakan yaitu mengikuti hawa nafsu, terlampau bakhil,
dan kagum seseorang dengan dirinya sendiri.” (HR. Abu Syeikh).
Keempat, bersyukur. Bersyukur pada
tataran menjadi pribadi unggul berlaku pada dua keadaan. (1) Sebagai tanda
kerendahan hati terhadap segala nikmat yang diberikan oleh Sang Pencipta adalah
sama, baik sedikit atau banyak. (2) Bersyukur sesama makhluk sebagai ketetapan
daripada Allah, supaya kebajikan senantiasa dibalas dengan kebajikan. Allah
berfirman, “…. Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan sekiranya kamu mengingkari –kufur— (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7).
Kelima, tekun. Ketekunan ini tidak lain
adalah usaha dengan rajin, keras hati dan bersungguh-sungguh. Islam sendiri,
jauh-jauh hari telah menggalakan umatnya untuk tekun apabila melakukan sesuatu
pekerjaan. Sehingga dapat diselesaikan dengan baik dan berjaya. Nabi Saw dalam
sabdanya menyebutkan, “Sesungguhnya Allah SWT menyukai apabila seseorang
bekerja, dia melakukan dengan tekun.” (HR. Abu Daud). Perilaku ketekunan
seseorang ini, maka akan meningkatkan produktivitasnya, melahirkan suasana
kerja yang aman, dan memberi kesan yang baik kepada masyarakat sekitarnya.
Keenam, disiplin. Yaitu ketaatan pada
aturan dan tata tertib. Untuk itu, berdisiplin dalam menjalankan suatu kerja
akan dapat menghasilkan mutu kerja yang cemerlang. Sehingga perilaku disiplin
ini, akan mengantarkan hasrat negara untuk menjadi maju dan unggul dapat
dicapai lebih cepat lagi, bila dibandingkan dengan perilaku tidak disiplin. Lebih
dari itu, dengan berdisiplin diri, seseorang itu akan dapat menguatkan
pegangannya terhadap ajaran agama dan menghasilkan mutu kerja yang cemerlang
serta prestatif –unggul--.
Ketujuh, sabar. Yaitu sifat tahan
menderita sesuatu (tidak lekas marah; tidak lekas patah hati; tidak lepas putus
asa; dsb) –tenang--. Di dalam menghadapi cobaan hidup, ternyata kesabaran ini
sangat penting untuk membentuk individu/pribadi unggul. Hal ini seperti
dikehendaki Allah SWT dalam QS. Ali Imran: 200, “Hai orang-orang yang
beriman, bersabarlah kamu (menghadapi segala kesukaran dalam mengerjakan
perkara-perkara kebajikan) dan kuatkanlah kesabaranmu (lebih dari kesabaran
musuh di medan perjuangan) dan tetaplah bersiap siaga (dengan kekuatan
pertahanan di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu
beruntung (berjaya).”
Akhirnya, dengan dimilikinya sifat-sifat unggul tersebut, maka
seseorang akan sangat beruntung karena ia mampu mengemudi hidupnya dengan
“kesempurnaan”. Dan kondisi demikian, membuat seseorang dapat berperan dengan
baik kepada dirinya dan alam sekitarnya. Bukankah, hidup seseorang dikatakan
baik, manakala ia dapat berguna bagi orang lain? Wallahu’alam..
Arda Dinata, adalah Penulis, Motivator dan Pendiri Majelis Inspirasi Alquran & Realitas Alam (MIQRA) Indonesia.