Ajaran Islam mewajibkan orangtua untuk mendidik anaknya.
Jika tidak, menurut Prof. Dr. Baihaqi Ak –Guru Besar Ilmu Pendidikan Islam
IAIN SGD Bandung--, bukan hanya terhukum berdosa dengan ancaman siksa di
akhirat, melainkan juga terancam dengan tidak mendapatkan hak moril dan materil
dari anaknya.
Betapa rugi dan sengsaranya perjalanan hidup, jika hal itu
nyata-nyata menimpa kita. Naudzubillah. Sehingga gambaran ini, haruslah
benar-benar menyadarkan siapa pun akan pentingnya sebuah pendidikan terhadap
anak-anak. Dan yang jelas unsur kegigihan kita dalam memberdayakan anak supaya
terdidik akhlaknya merupakan pilar-pilar pembangun dari tegaknya tatanan sebuah
keluarga sakinah.
A. Memiliki Virus N’Ach
Untuk merealisasikan hal tersebut, kelihatannya meminjam
istilah David McClelland, setiap keluarga harus memiliki virus N’Ach
(kependekan dari Need for Achievement –kebutuhan akan prestasi--), serta
mampu menyebarkannya kepada seluruh anggota keluarga. Dan yang terpenting dari
keberadaan virus N’Ach ini adalah harus dibarengi dengan kekuatan imunitas hati
nurani yang baik. Yaitu melalui rangkaian pendidikan yang Islami.
Dalam arti lain, virus N’Ach ini sama sekali bukan
merupakan satu-satunya penyebab seseorang berprestasi. Virus ini hanyalah salah
satu unsur utamanya. N’Ach secara terpisah merupakan sifat baik, tetapi tidak
dengan sendirinya mendorong seseorang untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas
yang menguntungkan masyarakat. Bila hal ini tidak diikuti oleh hati nurani yang
baik tadi.
Pada tiap manusia, sebenarnya potensi keberadaan dari
virus N’Ach ini telah dimilikinya sejak lahir. Karena bukanlah, manusia itu
diciptakan-Nya dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Permasalahannya, adalah apakah
semua manusia itu sejak awal telah dilatih untuk
memanfaatkan/mengaktualisasikan kemunculan virus tersebut?
Untuk itu, usaha mengetahui ada atau tidaknya kemunculan
“virus mental” itu hanya dapat diketahui dalam suatu contoh dari pikiran
seseorang. Yaitu apakah pikiran itu ada hubungannya dengan “melakukan sesuatu
yang baik” atau “melakukan sesuatu dengan cara yang lebih baik” daripada yang
pernah dilakukan orang sebelumnya. Misalnya, lebih efesien, lebih cepat, dengan
tenaga yang sedikit, dengan hasil yang lebih baik, dan semacamnya.
Tindakan tersebut hendaknya sebelum kita evaluasikan
terhadap anak, maka terlebih dahulu dilakukan kepada diri orangtuanya.
Pasalnya, orangtua yang memiliki virus N’Ach dan hati nurani yang baik, maka ia
akan menularkannya terhadap anak-anaknya. Orangtua seperti ini, merupakan sosok
achiever yang bermoral.
Tipe orangtua achiever itu sangat percaya diri namun tidak
arogan dan amat bersahabat. Dalam hal mengembangkan disiplin dan kemampuan
diri, orangtua achiever membangunnya dari dalam dirinya. Golongan orangtua
seperti ini, mampu mempertanggung jawabkan hasil kerjanya. Pribadinya selalu
berusaha mencari masukan buat dirinya dan memperhatikan opini orang lain. Dan
ia mampu menangkap nilai positif yang muncul serta ia memberi masukan yang berguna,
sehingga dampaknya memberi pengaruh yang baik kepada orang-orang di sekitarnya
(baca: anak-anak).
Dalam bahasa yang lain, dapat dikatakan orangtua achiever
ini dari tingkah laku dan sikapnya akan mencerminkan dirinya sebagai bagian
dari pemecah masalah; memandang sesuatu yang rumit menjadi sederhana; mampu
memotivasi; adanya kendala menjadi peluang; sesuatu sulit, tapi mungkin; dan
bangkit dari setiap kegagalan. (Bersambung besok).