Perjalanan Itu Berselimut Duka
Oleh: Arda Dinata[0]
Bada sholat subuh.....saya bergegas menuju jalan raya
menunggu bus jurusan Pangandaran - Bandung. Alhamdulillah bus yang datang
adalah bus patas AC, berarti di dalam bus nanti tidak ada orang yang merokok.
Sehingga saya bisa istirahat di bus karena rasa kantuk ini pun sebenarnya masih
menyerang mata ini.
Baru sekitar 3 km bus melaju, ternyata ada penumpang naik
di daerah Kalipucang. Bus pun melanjutkan perjalanannya. Dan perjalanan ketika baru
saja melaju sekitar 5 menit, eh... rombongan penumpang yang baru naik tersebut
ada yang muntah.
“Au....ok...ok.....!”
Suara itu beberapa kali terdengar seisi ruangan bus
Pangandran – Bandung. Para penumpang pun terlihat sedikit merasa terganggu
dengan suara menahan rasa mual itu.
Dia terlihat masuk angin dan kedinginan. Akhirnya, saya
kasih obat herbal masuk angin untuk mengurangi rasa mual dan agar badanya
menjadi hangat.
“Makasih .....” dia mengucapkan kepadaku.
* *
Teleponku berdering, begitu kuangkat di seberang sana
terdengar suara tangis mengabarkan adanya berita duka.
“Inalillahi
wainailillahi rojiun.... Ema[1]....
Ema.... telah ngantunkeun....yah...! Hiks...., hiks...,” suara istriku bergetar di
ujung telepon sana.
Mataku memerah menahan rasa tangis dan berkaca-kaca.
Pikiranku jadi melayang-layang. Tidak fokus dan tidak nyaman untuk istirahat di
perjalanan. Saya pun kontak saudara-saudara di Indramayu memberi kabar duka
atas meninggalnya ibu mertua saya.
Bersamaan dengan itu, saya pun mohon doa pada temen-temen
kantor dengan menuliskan di WhatsApp (WA)
Group Loka Litbang Pangandaran. Sejurus kemudian, komentar ungkapan bela
sungkawa pun terus bermunculan di group tersebut. Intinya isi ungkapan itu
mendoakan dan memberi dukungan kesabaran untuk keluarga yang ditinggalkan.
* *
Hari ini, sesuai rencana seharusnya aku setelah sampai di
Bandung, perjalananku diteruskan ke Kota Medan menggunakan pesawat udara dari
Bandara Husein Sastranegara Bandung menuju Bandara Kualanamu Medan. Itulah
sketsa perjalanan berselimut duka yang telah mendera diriku!
Namun, rencana tinggallah rencana kalau Tuhan belum
mengijinkan. Dengan adanya kejadiaan berita duka itu, akhirnya membuat saya
membatalkan penerbangan menuju Kota Medan hari ini. Saya menghubungi agen tiket
yang telah saya pesen untuk mengganti penerbangan esok harinya.
Pihak agen tiket pesawat tersebut memberi kabar bahwa
jadwal penerbangan saya bisa dipindahkan dengan konsekuensi ada penambahan
biaya sebesar Rp. 200.000,-. Mendengar penjelasan itu, saya pun menyanggupinya.