“Buku dan kliping itu sumber ilmu yang mencerdaskan bagi penulis. Dan membaca itu wajib hukumnya bagi seorang penulis. Lagi pula, bukan kecerdasan yang membuat seorang penulis menjadi besar. Kehausan pada ilmulah yang membuat setiap goresan pena menjadi penuh makna.”
TUMPUKAN BUKU itu penuh pesona dan menggoda pikiran Adra. Rasa
haus akan bacaan telah memaksa pikirannya terus bermimpi memiliki koleksi
bacaan sendiri di rumahnya. Kalau punya koleksi buku dan kliping tematik,
tentu aku tidak susah-susah kalau mencari bahan referensi untuk memperkaya
muatan isi tulisan. Bisikan suara cita-cita itu terus bergema dalam hati
Adra.
Dulu, sebelum mengenal
kliping pers kumpulan tulisan tentang menulis karya penulis dari Bandung yang
pernah dikasih Neng Eius tempo hari itu. Dalam pikiran Adra, bahan bacaan untuk
referensi itu hanyalah berupa buku semata. Tapi, sekarang pikiran Adra jadi
terbuka dan ternyata ada bahan referensi lain selain buku yaitu pengalaman dan kliping
pers.
Kliping pers itu, dapat
dibuat sendiri kalau kita rajin mengoleksi tulisan yang setema dan disusunnya
dengan rapi menjadi berbentuk buku. Kliping pres itu dapat dijadikan sumber
referensi yang murah meriah ketika menulis artikel. Hanya bermodalkan tumpukkan
koran dan majalah bekas, gunting, lem, dan kertas tipis ukuran hvs atau folio,
maka kita sudah bisa memulai membuat kliping pers sesuai tema yang diminati.
Hobi mengkliping itu
sangat bermanfaat. Selain melatih kesabaran, membuat kliping pers itu diakui
Sang Penulis, Adra Atanid sangat membantu para penulis mendapatkan bacaan yang
berkualitas dan aktual. Lebih jauh, seorang penulis jadi belajar dan terlatih dengan
aneka gaya bahasa tulisan dari membaca berbagai artikel yang dikoleksi
tersebut.
“Kliping itu setara
dengan buku. Bahkan ia memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan dengan buku.
Selain minim modal, isi kliping itu membantu penulis lebih selektif dalam mengumpulkan
bahan bacaan yang sesuai dengan minatnya. Bahan bacaan inilah yang menjadi
inspirasi dan akan memperkaya isi tulisannya.” Papar Adra pada suatu kesempatan
diskusi dengan para anggota komunitas menulis yang dipimpinnya.
Adra jadi teringat akan
kata guru menulisnya, bahwa seorang penulis itu tidak harus cerdas, tetapi sudah
seharusnya ia haus ilmu agar tulisannya jadi berkualitas penuh makna dan terus
berkembang.