Kimia Lingkungan

Baca artikel sebelumnya: Bermesraan dengan (Kimia) Lingkungan
Toko Sosmed
PUSAT EBOOK: KESLING-MOTIVASI-PENGEMBANGAN DIRI-
Miliki Ebook Inspiratif Karya Arda Dinata Di Sini!

Kimia Lingkungan
Oleh Arda Dinata

Saya dapat ilmu Kimia Lingkungan ini pertama kali waktu kuliah di Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL) Kutamaya Bandung tahun 1992. Dosen pengampu mata kuliah itu adalah ibu Zaenab. Nama lengkapnya saya lupa, yang jelas suaminya mengajar mata kuliah Fisika Lingkungan. Jujur, waktu itu saya begitu menikmati mata kuliah ini, apalagi pas praktek di laboratorium maupun di lapangan terkait materi pemeriksaan kualitas kimia air (bersih maupun air tercemar/kotor). 

Bicara kimia lingkungan, kita sesungguhnya belajar terhadap fenomena kimia dan biokimia yang terjadi di alam. Bidang ilmu ini dapat diartikan sebagai studi terhadap sumber, reaksi, transport, efek, dan nasib zat kimia di lingkungan udara, tanah, dan air; serta efek aktivitas manusia terhadapnya. 
WWW.ARDADINATA.COM
 

Lewat ilmu kimia lingkungan ini, kita juga belajar dan menelaah bahan-bahan kimia terhadap komponen lain dan pengaruhnya terhadap lingkungan secara menyeluruh. Terutama bila bahan kimia itu tersebar dan berkontaminasi dengan lingkungan sehingga keseimbangannya menjadi terganggu.

Pada tataran ini, lewat kemesraan denganbahan kimia lingkungan, kita seharusnya dapat mengenali bagaimana menentukan jumlah batas penyebaran bahan kimia di lingkungan agar tidak menyebabkan gangguan terhadap kelestarian lingkungan dan kesejahteraan manusia. Sebagai contoh: Pertama, komposisi udara bersih. Secara alami udara bersih tersusun atas: Nitrogen (78%), Oksigen (21%), Karbondioksida (0,03%), Argon (0,94%), Helium (0,01%), Neon (0,01%), Kripton (0,01%), serta uap air yang kadarnya bervariasi (0,01-4%).

Nyatanya, udara saat ini di alam tidak pernah dalam keadaan bersih. Hal ini terjadi karena kegiatan alam seperti kebakaran, longsor, banjir, tsunami, pelapukan tumbuh-tumbuhan, atau letusan gunung berapi, dan lainnya. Kondisi tersebut, bisa jadi yang menyebabkan udara mengandung sejumlah kecil bahan Metana, Karbondioksida, Nitrogen Oksida, dan Hidrogen Sulfida. Situasi ini, bisa diperparah akibat adanya zat pencemar yang dihasilkan oleh kegiatan manusia.

Kedua, komposisi air yang mengandung logam berat dan mengandung bakteri penyakit. Inilah salah satu kondisi air yang telah tercemar. Yakni, akibat komposisi kandungan air yang tidak seimbang dan seharusnya tidak ada dalam kandungan air. Arti lainnya, pencemaran air terjadi bila dalam air terdapat berbagai macam zat/kondisi (panas) yang dapat menurunkan standar kualitas air, sehingga tidak dapat digunakan untuk kebutuhan manusia.

Namun demikian, kondisi air yang mengandung logam berat atau bakteri tersebut masih dapat digunakan untuk kebutuhan lain, seperti industri atau sebagai pembangkit tenaga listrik. Yang pasti kondisi air seperti ini, tidak dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga (air minum, memasak, mandi, dan mencuci).

Ketiga, pencemaran tanah. Kondisi tanah yang tercemar ini, sebenarnya terkait erat dengan pencemaran udara dan air. Buktinya, bahan pencemar yang ada di udara larut dan terbawa oleh air hujan. Lalu, air hujan itu jatuh ke tanah sehingga menimbulkan pencemaran tanah. Begitu juga, bahan pencemar dalam air permukaan tanah (air sungai, air selokan, air danau, dan air payau) dapat masuk ke dalam tanah dan menyebabkan terjadinya pencemaran tanah.

Akhirnya, penulis berharap dengan kita mampu bermesraan dengan (kimia) lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Yakni mengenali dan mengetahui bahan-bahan kimia berbahaya di sekitar lingkungan tempat tinggal kita, maka akan menjadikan kehidupan manusia menjadi lebih sehat dan bebas dari jeratan bahaya bahan kimia yang ada di lingkungan.***

Arda Dinata adalah Peneliti dan Alumnus Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Kesehatan Lingkungan FK UGM Yogyakarta.

BACA ARTIKEL LAINNYA:
Lebih baru Lebih lama