Pada tataran ini, lewat kemesraan denganbahan kimia lingkungan, kita seharusnya dapat mengenali bagaimana menentukan
jumlah batas penyebaran bahan kimia di lingkungan agar tidak menyebabkan
gangguan terhadap kelestarian lingkungan dan kesejahteraan manusia. Sebagai contoh:
Pertama, komposisi udara bersih. Secara
alami udara bersih tersusun atas: Nitrogen (78%), Oksigen (21%), Karbondioksida
(0,03%), Argon (0,94%), Helium (0,01%), Neon (0,01%), Kripton (0,01%), serta
uap air yang kadarnya bervariasi (0,01-4%).
Nyatanya, udara saat ini di alam tidak
pernah dalam keadaan bersih. Hal ini terjadi karena kegiatan alam seperti
kebakaran, longsor, banjir, tsunami, pelapukan tumbuh-tumbuhan, atau letusan
gunung berapi, dan lainnya. Kondisi tersebut, bisa jadi yang menyebabkan udara
mengandung sejumlah kecil bahan Metana, Karbondioksida, Nitrogen Oksida, dan
Hidrogen Sulfida. Situasi ini, bisa diperparah akibat adanya zat pencemar yang
dihasilkan oleh kegiatan manusia.
Kedua, komposisi air yang mengandung logam
berat dan mengandung bakteri penyakit. Inilah salah satu kondisi air yang telah
tercemar. Yakni, akibat komposisi kandungan air yang tidak seimbang dan
seharusnya tidak ada dalam kandungan air. Arti lainnya, pencemaran air terjadi
bila dalam air terdapat berbagai macam zat/kondisi (panas) yang dapat
menurunkan standar kualitas air, sehingga tidak dapat digunakan untuk kebutuhan
manusia.
Namun demikian, kondisi air yang
mengandung logam berat atau bakteri tersebut masih dapat digunakan untuk
kebutuhan lain, seperti industri atau sebagai pembangkit tenaga listrik. Yang
pasti kondisi air seperti ini, tidak dapat digunakan untuk kebutuhan rumah
tangga (air minum, memasak, mandi, dan mencuci).
Ketiga, pencemaran tanah. Kondisi tanah yang
tercemar ini, sebenarnya terkait erat dengan pencemaran udara dan air.
Buktinya, bahan pencemar yang ada di udara larut dan terbawa oleh air hujan.
Lalu, air hujan itu jatuh ke tanah sehingga menimbulkan pencemaran tanah. Begitu
juga, bahan pencemar dalam air permukaan tanah (air sungai, air selokan, air
danau, dan air payau) dapat masuk ke dalam tanah dan menyebabkan terjadinya
pencemaran tanah.
Akhirnya, penulis berharap dengan kita
mampu bermesraan dengan (kimia) lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Yakni
mengenali dan mengetahui bahan-bahan kimia berbahaya di sekitar lingkungan
tempat tinggal kita, maka akan menjadikan kehidupan manusia menjadi lebih sehat
dan bebas dari jeratan bahaya bahan kimia yang ada di lingkungan.***
Arda Dinata adalah Peneliti dan Alumnus Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Kesehatan Lingkungan FK UGM Yogyakarta.