COBA kita lihat benda-benda yang ada di sekitar kita. Misalnya, dalam gudang di rumah, halaman atau lingkungan sekitar rumah. Mungkin banyak ya barang-barang yang sudah tak terpakai dan dibiarkan menumpuk begitu saja? Barang-barang yang sudah tak terpakai ini, umumnya kita sebut sampah dan dibuang begitu saja. Bentuknya bisa beragam, mulai dari sampah dapur, kertas, kaleng, botol-botol plastik atau kaca. Lantas, mengapa kita tidak mendaur ulang sampah tersebut?
Mendaur ulang memang suatu hal yang sekarang ini harus lebih giat kita lakukan. Kalau tidak, masalah sampah seperti yang terjadi di TPST Bojong, Bogor beberapa waktu lalu, akan terus terjadi di kota-kota yang berpenduduk padat. Lagian, dengan kerja daur ulang itu sampah-sampah tidak akan dibuang tanpa termanfaatkan.
Kalau kita tidak mendaur ulang, coba temen-temen bayangkan? Sampah yang menumpuk akan dibakar dan itu menimbulkan asap yang mencemari udara. Sama halnya bila dibiarkan menumpuk begitu saja di Tempat Pembuangan Akhir sampah. Sementara kalau dikubur, sampah yang jumlahnya berton-ton setiap harinya bakal mencemari persediaan air bersih dalam tanah dan tanah itu sendiri.
Apalagi, temen-temen tahu bahwa sebagian besar sampah modern memang tidak bisa membusuk namun tetap utuh sampai bertahun-tahun lamanya. Sehingga dengan mendaur ulang berarti kita bisa mengurangi sampah yang dibuang. Itu berarti, kita sudah membantu mengurangi polusi dan menyelamatkan tanah. Hebat bukan?
Umumnya sampah bisa dibagi menjadi dua, yaitu sampah organik dan anorganik. Sampah dapur umumnya tergolong sampah organik. Maksudnya, sampah yang masih bisa diurai seperti kulit telur, kulit bawang atau batang-batang sayuran yang tak ikut dimasak. Sementara, sampah anorganik adalah sampah yang tak bisa diurai. Contohnya ya itu tadi, botol kaca atau plastik, styroform dan kaleng-kaleng bekas beragam wadah.
Tahukah kamu? Walaupun berbeda, kedua jenis sampah itu bisa lho kita daur ulang. Maksudnya, kita masih dapat mengubah sisa-sisa barang atau sampah menjadi sesuatu yang berguna. Daur ulang itu sendiri berarti memanfaatkan kembali suatu barang secara berulang-ulang. Mau tahu bagaimana cara kita mendaur ulang sampah-sampah yang ada di rumah dan lingkungan sekitar kita?
Pertama sekali kita harus memisahkan antara sampah kering dengan sampah yang basah. Sampah yang basah atau lembab semacam kulit buah atau sayuran bisa kita kumpulkan dalam satu lubang di sudut halaman rumah. Dengan mendiamkannya selama lebih kurang 2-3 bulan tanpa kena sinar matahari langsung, kelak kita bakal mendapatkan kompos yang baik. Tapi jangan lupa, setiap seminggu sekali sampah-sampah itu mesti kita aduk-aduk dengan menggunakan alat seperti sekop tanah atau garpu tanah.
Kompos yang sudah jadi bisa kita manfaatkan untuk membantu menumbuh suburkan tanaman kesayangan kita. Buah-buahan atau sayuran yang dihasilkan dari tanaman dengan pemberian pupuk kompos akan lebih sehat untuk kita konsumsi karena tidak mengandung bahan kimia.
Sampah-sampah kering bisa kita pilah-pilah lebih dulu sesuai jenis bahannya: plastik, kaca, kaleng atau kertas. Barang-barang plastik bisa kembali didaur ulang menjadi bermacam-macam benda termasuk pakaian yang biasa kita pakai. Sementara barang yang terbuat dari kaca dapat diremukkan untuk kemudian dijadikan botol-botol baru yang kinclong kilapnya.
Begitu juga dengan benda-benda kaleng. Kaleng-kaleng bekas dilebur dan dibuat barang baru. Sendok, garpu bahkan sepeda pun adalah hasil leburan kaleng-kaleng bekas. Untuk kertas, kita bisa mendaur ulangnya kembali dengan cara sederhana di rumah. Bukankah saat ini, banyak surat kabar yang terbuat dari kertas yang sudah didaur ulang lho. Jadi lebih bernilai ‘kan?
Berikut ini proses sederhana daur ulang sampah kertas yang bisa temen-temen lakukan di rumah.
1. Potong selembar kertas menjadi kertas kecil-kecil lalu rendam semalam dalam air hangat dengan dibubuhi sesendok teh detergen. Esoknya kertas jadi lunak dan jadi bubur kertas.
2. Aduk bubur kertas dengan pengocok telur 1 menit lamanya. Jika sulit hancur, tambahkan air atau kertas lagi.
3. Bila sudah jadi bubur cukup encer, ambil 4 genggam bubur tadi dan taruh dalam baskom berisi air. Aduklah.
4. Ambil bingkai kayu berbentuk persegi panjang dengan penyaring di tengahnya lantas masukkan dalam bubur.
5. Angkatlah, sisa bubur akan tertinggal dalam penyaring. Tiriskan.
6. Ambil sehelai kain lunak atau bahan sejenis. Balikkan bingkai kayu tadi dan jatuhkan sisa bubur di atas kain lunak. Sisa bubur itu akan membentuk kertas pertama.
7. Taruhlah kain di atas kertas pertama lalu tekanlah agar air yang masih tertinggal dalam kertas keluar.
8. Ulangi untuk membuat kertas lainnya. Ingat, saat kertas hampir kering, pisahkan lembaran tersebut dari alasnya lalu taruh di tempat hangat. Hati-hati mengerjakannya. Proses pengeringan akan berlangsung selama 2 hari sampai diperoleh kertas yang benar-benar kering.***
Arda Dinata,
Penulis adalah dosen di Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL) Kutamaya.
Pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, http://www.miqra.blogspot.com.