Pencemaran Udara Ancaman Bagi Kesehatan Masyarakat

SELAMA hidup, tentu kita membutuhkan udara untuk bernapas. Di dalam udara terkandung sejumlah oksigen. Ia merupakan komponen esensial bagi kehidupan makhluk hidup, termasuk manusia. Udara merupakan campuran dari gas yang terdiri dari 78 persen nitrogen, 20 persen oksigen, 0,93 persen argon, 0,03 persen karbondioksida dan sisanya terdiri dari neon, helium, metan dan hidrogen. Komposisi seperti itu dibilang sebagai udara normal dan dapat mendukung kehidupan manusia.
Namun akibat aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan, udara sering kali menurun kualitasnya. Perubahan ini dapat berupa sifat-sifat fisis maupun kimiawi. Perubahan kimiawi dapat berupa pengurangan maupun penambahan salah satu komponen kimia yang terkandung dalam udara. Kondisi seperti itu orang lazim menyebutnya dengan pencemaran (polusi) udara.

Kondisi pencemaran udara di beberapa kota Indonesia sudah mencapai taraf yang cukup membahayakan. Itulah sebabnya, Jakarta menempati peringkat ketiga dalam hal polusi udara terkotor sedunia, setelah Mexico City dan Bangkok. Hal ini dapat terlihat dengan meningkatnya indeks terganggunya kenyamanan dan kesehatan masyarakat di Ibukota. Dan menurut Isna Marifat MSc, Ketua Penyelenggara Segar Jakartaku, "70 persen pencemaran udara Jakarta disebabkan oleh kendaraan bermotor."

Adapun jumlah kendaraan di Jakarta berdasarkan data tahun 2002 telah mencapai hampir 3,5 juta unit kendaraan, sehingga beban pencemaran udara yang ditimbulkan cukup signifikan. Dan pencemaran udara yang paling tinggi terdapat di ruas-ruas jalan yang paling padat lalu lintasnya dan rawan kemacetan.

Jenis Pencemaran Udara

Realitas terjadinya pencemaran udara itu disebabkan berbedanya komposisi udara aktual dengan kondisi udara normal. Bahan atau zat pencemaran udara sendiri dapat berbentuk gas dan partikel. Dalam bentuk gas dapat dibedakan dalam golongan Belerang (Sulfur Dioksida, Hidrogen Sulfida, Sulfat Aerosol); golongan Nitrogen (Nitrogen Oksida, Nitrogen Monoksida, Amoniak, dan Nitrogen Dioksida); golongan Karbon (Karbon Dioksida, Karbon Monoksida, Hidrokarbon); dan golongan gas yang berbahaya (Benzene, Vinyl Klorida, air raksa uap).

Jenis pencemaran udara berbentuk partikel dibedakan menjadi tiga. Pertama, mineral (anorganik) dapat berupa racun seperti air raksa dan Timah. Kedua, bahan organik terdiri dari ikatan Hidrokarbon, Klorinasi Alkan, Benzene. Ketiga, makhluk hidup terdiri dari bakteri, virus, telur cacing.

Sementara itu, jenis pencemaran udara menurut tempat dan sumbernya dibedakan menjadi dua, yaitu pencemaran udara bebas dan pencemaran udara ruangan. Kategori pencemaran udara bebas meliputi secara alamiah (letusan gunung berapi, pembusukan, dan lain-lain) dan bersumber kegiatan manusia, misalnya berasal dari kegiatan industri, rumah tangga, asap kendaraan bermotor, dan lain-lain.

Menurut David Kuper, Kepala Perwakilan Swisscontact dan Direktur Clean Air Project Jakarta, pencemaran udara berdampak negatif terhadap kesehatan, khususnya penyakit kardiovaskuler, tekanan darah tinggi, gangguan kejiwaan, kanker dan penurunan IQ pada anak-anak. "Biaya kesehatan akibat pencemaran udara mengalami peningkatan sekitar 250 juta dolar AS per tahun," katanya.

Lebih jauh, kondisi udara yang tercemar bisa membuat kesehatan kita memburuk dan terancam. Misalnya, adanya logam timbal yang keluar dari gas buangan kendaraan bermotor dapat masuk ke tubuh manusia melalui pernapasan dan kontak langsung. Keberadaan unsur timbal ini di dalam tubuh manusia menjadi racun penyerang saraf yang dapat merusak pertumbuhan anak dan bisa menurunkan kepintaran (IQ) anak-anak. Dan berdasarkan data penelitian mutakhir menyebutkan bahwa udara kotor tidak cuma buruk bagi paru-paru, tapi juga berdampak jelek buat jantung. Serangan jantung ini mungkin akan menjadi ancaman sangat serius karena disebabkan kotornya udara.

Sementara itu, Posman Sibuea, Magister Sains Bidang Teknologi Pangan dari UGM Yogyakarta, mengungkapkan salah satu faktor yang menyebabkan tingginya kontaminasi timbel pada lingkungan adalah pemakaian bensin bertimbel yang masih tinggi di Indonesia. Untuk mempermudah bensin premium terbakar, titik bakarnya harus diturunkan melalui peningkatan bilangan oktan dengan penambahan timbel dalam bentuk Tetra Ethyl Lead (TEL). Namun dalam proses pembakaran, timbel dilepas kembali bersama-sama sisa pembakaran lainnya ke udara dan siap masuk ke sistem pernapasan manusia.

Lebih lanjut diungkapkan Posman, di dalam tubuh manusia, timbel memulai turnya melalui saluran pernapasan atau saluran pencernaan menuju sistem peredaran darah. Melalui sistem peredaran darah menyebar ke berbagai jaringan lain seperti ginjal, hati, otak, saraf, dan tulang. Keracunan timbel ini pada orang dewasa ditandai dengan gejala 3 P, yaitu pallor (pucat), pain (sakit), dan paralysis (kelumpuhan).

Adapun keracunan timbal pada anak-anak dapat mengurangi kecerdasannya. Bila dalam darah mereka ditemukan kadar timbal tiga kali batas normal (asupan normal sekitar 0,3 miligram per hari) menyebabkan penurunan IQ di bawah 80. Kelainan fungsi otak terjadi karena timbel secara kompetitif menggantikan peranan mineral-mineral utama seperti seng, tembaga, dan besi dalam mengatur fungsi sistem saraf pusat yang pada gilirannya akan mengurangi peluang anak untuk berprestasi di sekolah.

Dalam bahasa lain, pencemaran udara berdasarkan pengaruhnya terhadap gangguan kesehatan dibedakan menjadi empat jenis (Indah Kastiyowati, ST; 2003). Pertama, iritansi. Biasanya polutan ini bersifat korosif. Merangsang proses peradangan hanya pada saluran pernapasan bagian atas (mulai hidung hingga tenggorokan). Misalnya Sulfur Dioksida, Sulfur Trioksida, Amoniak, debu. Iritasi terjadi pada saluran pernapasan bagian atas dan juga mengenai paru-paru.

Kedua, asfiksia, yakni disebabkan oleh berkurangnya kemampuan tubuh dalam menangkap oksigen atau berkurangnya kadar oksigen. Keracunan gas karbonmonoksida mengakibatkan CO akan mengikat hemoglobin sehingga kemampuan hemoglobin mengikat oksigen berkurang maka terjadilah asfiksia. Yang termasuk golongan ini ialah gas Nitrogen, Oksida, Metan, gas Hidrogen dan Helium.

Ketiga, anestesia. Bersifat menekan susunan saraf pusat sehingga kehilangan kesadaran, misalnya Aeter, Aetiline, Propane, dan alkohol alifatis. Dan keempat, toksis. Titik tangkap terjadinya berbagai jenis, yaitu menimbulkan gangguan pada sistem pembuatan darah (misalnya Benzene, Fenol, Toluen, dan Xylene) dan keracunan terhadap susunan saraf (misalnya Karbon Dioksida, Metil alkohol). Dari sini, masyarakat hendaknya sadar betul mengenai ancaman kesehatan bersumber dari masalah pencemaran udara (terutama) dari asap kendaraan bermotor, dampaknya terhadap kesehatan, dan bagaimana upaya untuk menanggulanginya.***


Arda Dinata
Penulis adalah dosen di Akademi Kesehatan Lingkungan (AKL) Kutamaya.
BACA ARTIKEL LAINNYA:

Arda Dinata

Arda Dinata is a writer for various online media, lives in Pangandaran - West Java. www.ArdaDinata.com: | Share, Reference & Education | | Source for Sharing Inspiration, Knowledge and Motivation for Success | World of Business, Business, Boss, Rich, Money, Dollars and Success |

Lebih baru Lebih lama