Dampak Intervensi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Indonesia


Program STBM ini memberikan cukup peningkatan pada pembuatan toilet, penurunan toleransi masyarakat untuk buang air besar sembarangan dan berkurangnya investasi jumlah cacing gelang pada anak. Namun demikian, tidak ditemukan adanya dampak pada kondisi anemia, berat dan tinggi badan.



 Abstract
We investigate the impacts of a widely used sanitation intervention, Community-Led Total Sanitation, which was implemented at scale across rural areas of Indonesia with a randomized controlled trial to evaluate its effectiveness. The program resulted in modest increases in toilet construction, decreased community tolerance of open defecation and reduced roundworm infestations in children. However, there was no impact on anemia, height or weight. We find important heterogeneity along three dimensions: (1) poverty—poorer households are limited in their ability to improve sanitation; (2) implementer identity—scale up involves local governments taking over implementation from World Bank contractors yet no sanitation and health benefits accrue in villages with local government implementation; and (3) initial levels of social capital—villages with high initial social capital built toilets whereas the community-led approach was counterproductive in low social capital villages with fewer toilets being built.

Abstrak
Kami menyelidiki dampak dari intervensi sanitasi yang digunakan secara luas, Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, yang dilaksanakan pada skala di seluruh wilayah pedesaan Indonesia dengan uji coba terkontrol secara acak untuk mengevaluasi efektivitasnya. Program ini menghasilkan peningkatan sederhana dalam pembangunan toilet, penurunan toleransi masyarakat terhadap buang air besar sembarangan dan berkurangnya infestasi cacing gelang pada anak-anak. Namun, tidak ada dampak pada anemia, tinggi atau berat badan. Kami menemukan heterogenitas penting di sepanjang tiga dimensi: (1) kemiskinan — rumah tangga miskin terbatas dalam kemampuan mereka untuk meningkatkan sanitasi; (2) identitas pelaksana — peningkatan mencakup pemerintah daerah mengambil alih implementasi dari kontraktor Bank Dunia namun tidak ada manfaat sanitasi dan kesehatan yang diperoleh di desa-desa dengan pelaksanaan pemerintah daerah; dan (3) tingkat modal sosial awal — desa dengan modal sosial awal yang tinggi membangun toilet sedangkan pendekatan yang dipimpin masyarakat kontraproduktif di desa dengan modal sosial rendah dengan sedikit toilet yang dibangun.


Peningkatan Sanitasi : Sebuah Bukti dari RCT di Indonesia

Sebuah riset dilakukan oleh Lisa Cameron, Susan Olivia dan Manisha Shah untuk menyelidiki dampak dari intervensi yang digunakan secara luas, yakni Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang dilaksanakan pada skala besar di seluruh wilayah pedesaan Indonesia dengan uji coba terkontrol secara acak untuk mengevaluasi efektifitasnya. Program STBM ini memberikan cukup peningkatan pada pembuatan toilet, penurunan toleransi masyarakat untuk buang air besar sembarangan dan berkurangnya investasi jumlah cacing gelang pada anak. Namun demikian, tidak ditemukan adanya dampak pada kondisi anemia, berat dan tinggi badan. Indeks kesehatan anak juga tidak menunjukkan peningkatan keseluruhan yang signifikan.

Riset ini juga menemukan beberapa heterogenitas yang cukup penting dan terbagi dalam tiga dimensi utama, yakni kondisi kemiskinan, identitas pelaksana dan tingkat modal sosial awal yang dimiliki. Penggunaan pendekatan pembangunan partisipatif serta investasi yang lebih besar hendaknya dilakukan di lingkungan masyarakat dengan kondisi modal sosial yang rendah agar target dari program STBM dapat dilakukan dan dicapai secara optimal. Artikel ini dipublikasikan pada Desember 2018 pada Journal of Development Economics.
(sumber: Newsletter Kebijakan Kesehatan Indonesia edisi Minggu ke-24 Tahun 2019)



www.ArdaDinata.com: 
| Share, Reference & Education |
| Peneliti, penulis, dan motivator penulisan di media massa |
BACA ARTIKEL LAINNYA:
Lebih baru Lebih lama