Empati, Simpati, dan Harga Diri

"Awal tahun melukis cerita. Penuh ceria nampak di muka. Lantunan langkahmu memberi janji yang mesti ditepati. Empati dan simpati jadi modal membangun harga diri. Raihlah aura kesabaran, kebersamaan dan motivasi dalam diri. Sebab dunia akan tersenyum memberi arti padamu yang penuh akal budi." - Arda Dinata.

Dalam hidup ini, kita sebagai mahluk sosial, tentu sangat membutuhkan kehadiran orang lain. Pada sisi apapun kita pasti membutuhkan bantuan orang lain. Berawal dari pola pikir itulah, keberadaan sikap empati dan simpati sangat dibutuhkan dalam kehidupan seseorang. Empati dan simpati itulah yang akan membangun kualitas harga diri seseorang.

Kalau kita renungi, ternyata empati dan simpati ini walau memiliki asal bahasa yang sama. keberadaan kedua kata itu memiliki perbedaan yang paling inti. Yakni, simpati menggambarkan perasaan belas kasih dan sayang atas kejadian yang menimpa seseorang. Sedangkan kata empati ini, lebih pada dapat menempatkan diri pada posisi orang tersebut. Wujudnya, orang yang berempati itu akan berbagi secara langsung terhadap kesedihan yang mereka alami.

Lebih jauh, menurut Hodges, S.D., & Klein, K.J. (2001), dalam Journal of Socio-Economics, menuliskan empati adalah kemampuan dengan berbagai definisi yang berbeda yang mencakup spektrum yang luas, berkisar pada orang lain yang menciptakan keinginan untuk menolong sesama, mengalami emosi yang serupa dengan emosi orang lain, mengetahui apa yang orang lain rasakan dan pikirkan, mengaburkan garis antara diri dan orang lain.
Sementara itu, simpati diartikan sebagai suatu proses rasa jiwa, di mana seseorang individu merasa tertarik pada seseorang atau orang lain dan kelompok orang karena sikap, penampilan, wibawa, atau perbuatannya. Pada tataran ini, perasaan seseorang memegang peranan yang sangat penting dalam lahirnya sebuah simpati. Intinya, kehadiran simpati ini fokus utamanya tidak lain adalah adanya keinginan untuk memahami pihak lain dan berusaha untuk bekerja sama dengannya.

Untuk itu, dalam rangka kita membangun hubungan dengan orang lain, prinsip-prinsip dari empati dan simpati itu harus dipahami betul oleh tiap orang. Dampaknya, mereka yang memiliki kemampuan bersikap empati dan simpati ini akan terlukis dalam perilaku kesehariannya. Lukisan cerita kehidupannya akan nampak penuh warna yang indah. Saya menyebutnya dengan kata-kata, "Penuh ceria nampak di muka. Lantunan langkahmu memberi janji yang mesti ditepati."

Jadi, tidaklah berlebihan bila empati dan simpati ini merupakan modal dalam membangun harga diri seseorang. Menurut catatan Santrock, J.W. (2010) dalam buku Psikologi Pendidikan, menyebutkan kalau harga diri itu adalah pandangan keseluruhan dari individu tenang dirinya sendiri. Penghargaan diri juga kadang dinamakan martabat diri atau gambaran diri. Misalnya, anak dengan penghargaan diri yang tinggi mungkin tidak hanya memandang dirinya sebagai seseorang, tetapi juga sebagai seseorang yang baik.

Di sini, ada kebiasaan lain yang perlu dibangun dalam pembentukan harga diri seseorang agar jadi lebih baik, yaitu: kesabaran, kebersamaan, dan motivasi diri. Semakin tinggi kesabaran yang seseorang miliki maka semakin kokoh juga ia dalam menghadapi segala macam masalah yang terjadi dalam kehidupan. Sementara kebersamaan ialah sebuah ikatan yang terbentuk karena rasa kekeluargaan atau persaudaraan. Hal ini, tentu lebih dari sekedar bekerja sama atau hubungan profesional biasa. 

Kondisi kesabaran dan kebersamaan itu tentu tidak terbentuk dengan sendirinya. Namun, ia terbangun lewat sebuah motivasi diri yang tinggi. Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Jadi, ada tiga elemen utama dalam munculnya sebuah motivasi diri seseorang yaitu intensitas, arah, dan ketekunan. Ada yang mengartikan motivasi itu sebagai sebuah alasan, dan ada juga yang mengartikan motivasi ini sama dengan semangat.

Akhirnya, isi dunia akan tersenyum manis kalaulah diri kita mampu membangun sebuah rasa empati dan simpati dalam pola pikir dan perilaku hariannya. Lebih-lebih dalam perilaku hariannya itu, dilandasi dengan semangat kesabaran, kebersamaan dan motivasi diri yang tinggi. Tentu, hasilnya akan membuat dunia tersenyum memberi arti padamu yang penuh akal budi. Waallahuálam.***

Arda Dinata, pendiri Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, www.miqraindonesia.com

www.ArdaDinata.com: 
| Share, Reference & Education |
| Peneliti, penulis, dan motivator penulisan di media massa |
BACA ARTIKEL LAINNYA:
Lebih baru Lebih lama