*INSPIRASI HIJRAH*
Bismillah,
_(boleh di reshare, jangan di copy, kalau mau copy ke grup WA, mohon selalu mencantumkan nama penulis asli. by Fitra Wilis Masril)_
Butuh waktu untuk memutuskan, apakah cerita ini layak kupublikasikan..
Mungkin, akan banyak yg menggumam, "ibadah kok di tulis dan disebar luaskan, nggak ikhlas, riya, pahalanya udah menguap, bak embun di sirnakan oleh cahaya".
Urusan ikhlas, biarlah menjadi ruang antara aku dan hatiku saja.
Soal pahala, cukuplah selamanya itu menjadi hak Allah saja, aku berserah padaNya.
Semata, ingin memotivasi pembaca, agar bersegera
membebaskan diri dari RIBA.
Rumah kami beli dengan KPR, udah lunas. Motor cicilan ke leasing, udah lunas. Tinggal mobil yang masih nyicil. Aku nggak pernah punya kartu kredit, tak tertarik dengan utang KTA. Tak punya asuransi yg akadnya bermuatan 'bunga'.
Ringkasnya, mobil kami masih RIBA.
Awal 2017. Secara serius aku mulai mendalami ilmu riba.
"segala utang yg dibayar dengan tambahan nominal, itu RIBA" aku masih santai.
"segala cicilan, KPR, leasing, kartu kredit atau apapun, yg dalam akadnya mengandung kata "bunga" itu RIBA", aku mulai berpikir.
"melibatkan diri ke riba, berarti berperang dengan Allah dan rasulullah," aku mulai ketakutan. Mendengar kata perang saja, aku sudah mengkerut. Apalagi berperang dengan Allah, Yang Maha Perkasa.
"Semua orang yg memperbanyak hartanya dengan jalan riba, maka ujung dari kehidupannya hanyalah kemiskinan," aku makin panic membaca hadist sahih ini.
"dosa terkecil dari riba, setara dengan dosa menzinahi orang tua kandung sendiri," aku mulai menangis.
"kain kafan kita bisa saja saat ini sedang ditenun, atau sudah ada di toko kain, menunggu keluarga kita membelinya untuk kita. Selesaikan segala utang secepat mungkin, apalagi utang riba," mendengar ini, aku makin menangis.
"aku mulai dari mana?" aku mebathin. Konsultasi ke ustadzah.
Dia memberikan banyak saran baik.
Kuikuti sepenuh hati.
1. Sholat taubat, berniat sungguh sungguh, mobil ini menjadi riba terakhir. Nggak akan terlibat lagi dalam akad berbunga bunga. Sholat taubat mengiringi sholat wajibku.
2. Baca surat Al Mulk setiap hari.
"maha suci allah yang ditanganNya segala kerajaan, Dia maha kuasa atas segala sesuatu" ayat 1.
"yang menciptakan tujuh langit berlapis lapis, tidak akan kamu lihat sesuatu yg tidak seimbang pada ciptaan Tuhan yang maha pengasih.." ayat 3.
Oke. Menciptakan 7 langit berlapis lapis tanpa penyangga saja Tuhan mampu.
Berarti membantuku untuk melunasi 1 mobil saja, bagi Allah hanyalah urusan sejentik kuku.
Aku optimis.
3. Baca surat Al Waqiah setiap hari
"benih yg kamu tanam di tanah, kamu yg menumbuhkan atau Tuhan yang menumbuhkan?'
"kamu yg menurunkan air dari awan, atau Tuhanmu yang menurunkan?'
Oke. Artinya, semuaaaaaa terjadi hanya karena Allah campur tangan. Aku mengasuh rasa optimis.
Satu satunya cara, agar mobilku lunas segera, adalah dengan bekerja lebih keras, menabung lebih banyak dan memohon agar Allah campur tangan disini, kalau Allah nggak bantu, aku takkan pernah mampu.
4. Tunda kesenangan, sebelum mobil lunas, nggak ada jalan jalan ngabisin uang (kecuali jalan jalan sekalian mendampingi anak yatim), kurangi makan ke restoran (kecuali anak anak udah pengen banget). Nggak belanja kecuali yg pokok pokok saja (pernah beberapa beli gamis dan jilbab, itu karena aku berniat hijrah ke gamis sedari awal tahun, jadi gamis dan jilbab kumasukkan ke kebutuhan pokok).
5. Sholat dhuha 6 rakaat. Memohon Allah ridho pada usaha yg kulakukan dalam mengumpulkan rejekiNya untuk melunasi riba. Memohon kalo rejekiku masih jauh, dekatkanlah. Kalau sudah dekat, mudahkanlah. Kalau sudah mudah, berkahilah. Kalau sudah berkah, bujuk hatiku untuk ingat bersedekah.
6. "perbanyak sedekah agar utang ribanya segera lunas," pesan ustadzahku.
Aku membantah," aku butuh uang, harus menabung keras, kalau sedekah ya berkurang uangnya". Ahhh…ilmu yg cetek ini memang membuatku senang berdebat, suka berbantahan.
"allah menyuburkan sedekah, memusnahkan harta riba, simpan kalkulator manusia, biarkan kalkulator Allah saja yg bekerja,"jawab ustadzah. Dan kalimat ini ada dalam alquran, di surat al baqaRAH. Al quran, tak ada kebohongan di dalamnya. Aku percaya dengan segenap jiwa. Kupatuhi sarannya.
Dalam menyalurkan donasi mukena ke mushola2, kusempatkan menyapu dan membersihkan mushola, merapikan tumpukan mukena. "semata mengharap ridhoMu saja duhai Allah," bathinku.
"sedekah nggak selalu uang, mengalokasikan waktu dan tenaga untuk sebuah kebaikan, itu juga sedekah,". Sedemikian indahnya ajaran agama.
Sekarang urusan inti. Gimana cara agar uang puluhan juta segera terkumpul.
1. Kutemui pihak leasing secara baik baik. Aku mau pelunasan di percepat. Aku keberatan dgn beban bunga yg melebihi pokok utang. Kami bernegosiasi. Deadlock. Merek nggak mau.
aku minta diberi kesempatan ketemu pimpinannya, logika saja, aku membayar lunas di awal, kenapa masih harus menanggung bunga 4tahun ke depan?
Aku nggak pernah seharipun ada tunggakan.
Pimpinan setuju. Yess. Bayar pokoknya saja.
Berpuluh juta bunga di hapuskan. Alhamdulillah.
Tapi… pokoknya saja pun itu masih puluhan juta. Jadi cicilan yg kami bayar selama ini hanya membayar bunga? Sementara pokok utang hanya berkurang sedikit saja. Ahh terkutuklah engkau riba.
2. Dari tgl 4 januari sampai pelunasan 24 februari, selama 50 hari, aku dan suami jungkir balik, suami bekerja lebih keras, aku menulis lebih banyak, begadang lebih sering, jualan lebih aktif, dll. Dan berdoa dalam volume lebih banyak, dalam frekuensi lebih sering.
Lalu.. keajaiban terjadi.
Secara simultan, pintu rejeki terbuka dari banyak pintu.
"mba fitra, mau ya gabung di grup kami sbg bintang tamu ngajarin nulis, sharing sharing santai saja mba," tawarnya.
Tanpa kutetapkan tariff, tak repot repot mengumpulkan peserta.
Dia mentransfer 1 juta. Allah penggerak hatinya.
"mba, aku mau beli bukunya 15, kirim langsung ke perpustakaan keliling purawakarta ya, semua berapa?" Tanya seorang sahabat di jogya.
"700ribu mba,"jawabku.
dia mentransfer lebih dari 700ribu. Sebenarnya, Rumah sahabatku nggak jauh dari gramedia, nggak susah baginya menyuruh asisten membeli 15 buku bagus bagus di gramedia, tapi kenapa memilih bukuku yg sederhana? Allah menggerakkan hatinya.
di hari yg sama. kakak ipar di kampung juga mentrasfer uang.
"hasil panen padi di kampung," katanya. nominal yg tak kami duga. alhamdulillah.
Lain hari.
"mba, adain kelas menulis mba, tulisan mba fitra kan di share puluhan ribu orang,"pinta beberapa orang. Sebagai penggenap kelas akhirnya memang kuumumkan aku ngadain kelas sharing menulis, dan ada biaya.
Masalahnya, tulisan di share puluhan ribu orang itu kan udah lama. Bahkan si plagiat mendapatkan share sampai ratusan ribu orang. Namun, kenapa baru sekarang ingin request kelas menulis? Dan tak sedikit perserta yg membayar lebih dari tariff 85 ribu yg kutetapkan. Allah yg menggerakkan hatinya.
Aku ke depok untuk sebuah urusan, belum makan, saat mau membelokkan mobil ke restoran, ujan deras, repot harus berpayung payung menggendong anak yg ketiduran. Akhirnya langsung pulang, nggak jadi makan. Sampai dirumah driver grab membawa 6 porsi besar bakmi. Traktiran dari seorang sahabat kesayangan. Pas banget saat aku mau membeli makan. Uangku tersimpan, menambah tabungan pelunas riba. Apa namanya kalo bukan karena Allah sayang.
"ini buat bu fitra, ada acara di rumah, tapi bikinnya dikit, buat yg akrab akrab saja," kata seorang ibu, kubuka kotak yg dia berikan. Sepotong utuh ayam bakar, cukup buat lauk seharian.
"buat yg akran akrab saja" kuulangi dihati kalimatnya. Akrabkah kami? Tidak, aku bahkan nggak tau namanya siapa, aku hanya kenal anak kami mengaji di tempat yg sama. Kok aku terpilih sebagai yg dikasih? Allah menggerakkan hatinya.
Saat aku mau ke warung beli cemilan, ada gojek datang bawa klappertaart, bawa tekwan, roti Mariam, pempek, dll. Apakah semua ini untuk keprluan endorse? Sama sekali tidak. Pempek itu dari dokter di Palembang, pdhl kami hanya saling bertukar jempol di status fesbuk masing masing. Dari ratusan teman fesbuknya di Jakarta, kenapa aku yg terpilih dikirim pempek? Allah yg menggerakkan hatinya.
Uangku tersimpan nggak jadi beli cemilan, tabungan bertambah buat pelunasan.
Saat ujan, jalanan macet, driver nggak mau narik, mobil nganggur, nggak ada pemasukan dari usaha armada online kami. Tetiba, saudara jauh, booking buat acara keluarga. Kenapa merental mobil kami? Allah yg menggerakkan hatinya.
Mau ke JNE booking gojek, tetangga lewat, menawarkan tebengan, bahkan memaksa mengantarkan sampai tujuan.
Padahal kami berbeda arah. Akrabkah kami? Nggak, aku hanya tau kami sekomplek, berbeda RT, aku bahkan nggak tau namanya, hanya kenal dgn pembantunya karena sering menyuapi bayinya di lapangan depan rumah. Allah yg menggerakkan hatinya.
Sudah cukupkah uang kami? Belum.
Aku memutar otak. sebenarnya ada ikut arisan yg terimanya 15juta, ada juga yg 30juta, dan yg lainnya. tapi namaku belum keluar saat kocokan arisan.
Pinjam saudara? Bisaaa
Pinjam kakak ipar? Bisaaa
Pinjam ke sahabat? Bisaaa
Pinjam ke tetangga? Bisaaa
Bahkan, dengan hubungan yg sedemikian harmonis, aku yakin banyak bahu tempatku bersandar.
TAPI…
Lidahku kelu. Mendadak bisu.
Bahkan mengetik satu kalimatpun, aku nggak mampu.
Aku malu.
Berutang itu menggadaikan harga diri.
Aku nggak sanggup.
Nggak mampu.
Kuseret hati hanya untuk bergayut pada Allah saja.
Kusibukkan diri untuk berlama lama bertasbih memuja Allah saja.
Berlama lama hanyut dalam keindahan sabda Allah dalam kitabku saja. Yang tak ada keraguan didalamnya.
Lalu, seorang sahabat mentransfer. "cicil seperti mencicil mobil saja, kan selama ini juga nggak pernah nunggak, yg penting bebas riba, nggak ada sama sekali bunga,". Semudah itu dia membungkus rasa percaya.
Kakak ipar melakukan hal yg sama.
Sedemikian mudah. Tak harus memelas.
Kami ke leasing.
BPKB mobil atas namaku, kini tergenggam di kepalanku.
LUNAS sudah utang ribaku.
Alhamdulillah, menangis dalam sujud syukur atas kemurah hatianMu, duhai Allahku.
Pulang dari leasing, mampir ke ATM. Mengecek kekayaan yg tersisa. 159 ribu.
Tak apa. Nggak perlu takut.
Aku punya Allah yang kekayaannya seluas langit dan bumi. Yang selalu memeluk hatiku sehingga tak pernah takut kelaparan. Yang telah menjamin rejekiku bahkan sejak aku masih dalam kandungan ibu.
Aku lega. Sebongkah besar dosa riba rasanya menggelinding dari ujung kepala (aamiin allahumma aamiin)
Aku bahagia.
Usai magrib, mengecek HP. Ada yg mentransfer ratusan ribu, seorang sahabat yg tak kukenal wajahnya, seorang peserta kelas menulis.
Beberapa sms banking masuk, membeli buku.
Seseorang memintaku menggarap website usaha cateringnya, aku tak menetapkan harga, karena tau dirii dgn kualitas karya goresanku yg sederhana, tapi hatiku tau dia orang yg bisa dipercaya, dia menghargai sebuah karya. Kenalkah kami sebelumnya? Tidak sama sekali. Aku bahkan nggak ngeh kalau di fesbuk kami berteman.
Seorang teman beberapa waktu lalu memintaku menulis sesuatu agar karyawan kantornya nggak cemberut saat kerja, tulisanku akan dipajang di website kantornya, dan besok pagi akan mentransfer tanda kasihnya.
Melunasi utang riba, tak membuatku bangkrut.
Rejeki datang dari arah yg tak tersangka oleh logika.
Alhamdulilah.
Semudah itu bagi Allah.
Allah, genggamlah hati kami untuk hanya beriman kepadaMu.
Bebaskan aku dari segala riba. Bebaskan juga seluruh saudara, sahabat, teman fesbuk, dan semua orang yg kukenal agar tak lagi bergelimang dalam kubangan dosa riba.
Mantapkan hati kami untuk tak memiliki ragu akan janjimu.
Tak ada sedikitpun kebohongan dalam firmanMu.
sabdaMu hanyalah kebenaran.
Dan Engkau tak pernah ingkar janji,
ENGKAU TAK PERNAH INGKAR JANJI.
ENGKAU TAK PERNAH INGKAR JANJI.
Dan aku adalah bukti.
Terimakasih duhai Ilahi Robbi.
Terimakasih. Terima kasih. terimakasih.
Sahabat, selamat bersegera bebas dari riba. Teriring doa, agar Allah memudahkan segalanya, aamiin allahumma aamiin.
Cap lunas.
Salam bahagia, salam bebas riba,
Fitra www.ArdaDinata.com