Demam Berdarah
Oleh: Arda
Dinata
Demam berdarah dengue (DBD), merupakan penyakit yang masih sering terjadi di sana-sini. Hal ini dikarenakan nyamuk penular dan virus penyebab penyakit ini terdapat di sekitar kita.
DI Indonesia, DBD pertama kali dicurigai di Surabaya
(1968), tetapi konfirmasi analisisnya baru diperoleh tahun 1970. Untuk Jakarta,
kasus pertama dilaporkan tahun 1969. Kemudian DBD berturut-turut dilaporkan di
Bandung dan Yogyakarta (1972), Sumatera Barat, Lampung, Riau, Sulawesi Utara, dan Bali.
Saat ini, DBD sudah endemis dibanyak kota, bahkan sejak tahun 1975 penyakit ini
telah berjangkit di daerah pedesaan. Selanjutnya, sejak 1994, seluruh provinsi
di Indonesia telah melaporkan adanya kasus DBD dan tahun 1996 polanya telah
bergeser dari usia anak-anak ke usia dewasa juga.
Majalah InsideVol.II.01 |
Kematian penderita DBD diakibatkan
penderita tidak segera mendapat pertolongan. Oleh karena itu, jalan terbaik
untuk menghindarkan penyakit ini adalah dengan melaksanakan usaha pencegahan
yang ditekankan pada usaha kebersihan lingkungan dan bila ada tanda terkena DBD
cepat-cepat ditolong.
Tanda-tanda orang yang terkena
demam berdarah, biasanya mengalami demam tinggi 2-7 hari, bintik-bintik merah
di kulit bagian lengan dan tungkai, mimisan, perdarahan gusi, muntah darah,
mengalami gelisah disertai keringat dingin. Bila tanda itu terus berlanjut
dapat menimbulkan kematian.
Sesudah masa inkubasi selama 3-15
hari, orang yang tertular DBD dapat mengalami salah satu dari 4 bentuk kondisi
berikut ini. Pertama,
bentuk abortif, yaitu penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.
Kedua, dengue klasik, yaitu penderita mengalami demam tinggi selama 4-7
hari, nyeri-nyeri pada tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau
bercak-bercak perdarahan di bawah kulit. Ketiga, dengue haemorrhagic fever
(demam dengue/DBD), yaitu gejalanya sama dengan dengue klasik,
namun ditambah dengan perdarahan dari hidung, mulut, dubur, dan lainnya.
Keempat, dengue syok sindrom (DSS), yaitu gejala sama dengan DBD
dan ditambah dengan syok/presyok. Pada bentuk ini, sering kali terjadi
kematian.
*
*
TANDA umum nyamuk Aedes aegypti, sebagai vektor DBD
yang dominan di Indonesia adalah badan dan kakinya berbintik hitam putih, hidup
di dalam rumah dan sekitarnya, menggigit pada siang hari, bertelur di genangan
air jernih, hidup di tempat yang agak gelap, lembab, dan kurang sinar matahari.
Sementara itu, cara penularan
demam berdarah, berawal dari adanya orang sakit demam berdarah, kemudian
digigit nyamuk (Ae. aegypti), sehingga bibit penyakit (virus) yang ada
pada penderita masuk ke dalam tubuh nyamuk. Selanjutnya, apabila nyamuk tersebut
menggigit orang sehat, maka orang itu akan tertulari virus dan terkena demam
berdarah.
Pertolongan sementara bagi
penderita demam berdarah di rumah adalah diberi minum sebanyak-banyaknya (jika
penderita itu masih dapat minum) dengan air masak dibubuhi gula dan garam
(larutan oralit), susu, air kelapa, air jeruk, dan atau air teh. Lalu, beri
juga obat penurun panas.
Akhirnya, agar demam berdarah
tidak terus terjadi dan menyebar, maka langkah terbaik adalah setiap kita harus
berusaha membasmi sarang nyamuk penyebar virus dengue di rumah
masing-masing. Tepatnya, pemberantasan DBD ini harus dititik beratkan pada
pemberantas-an vektor penularnya (Ae. aegypti). Yakni dengan cara
mencegah jentik nyamuk agar tidak menjadi dewasa. Caranya, lakukan 3 M, yaitu
menguras tempat penampungan air secara berkala; menutup rapat-rapat tempat
penampungan air; dan mengubur atau menyingkirkan barang bekas. Inilah yang perlu dilakukan dalam
keseharain masyarakat Indonesia. Ayo...., kita bisa berantas DBD! [Arda Dinata].***