BERKAH
itu berkat dan nikmat
yang harus kita raih. Begitupun dalam membina ikatan perkawinan, tiap pasangan
suami istri harus membangun perkawinan berkah agar berujung kebahagiaan yang
hakiki. Perkawinan berkah berarti
perkawinan yang hari-harinya penuh kebaikan. Berkat berarti karunia Tuhan yang
mendatangkan kebaikan pada kehidupan manusia. Berkat inilah yang mengantarkan
kehidupan perkawinan pada keberuntungan dan kebahagiaan.
Agar kita lulus meraih perkawinan yang berkah, maka
tiap pasangan suami istri harus berperilaku tulus dalam memainkan peran
perkawinannya. Bentuk dari perilaku tulus agar
lulus dalam setiap ujian perkawinan itu, tidak lain adalah wujud dari berani mengambil risiko dalam
perkawinan. Termasuk di dalamnya berani keluar dari zona nyaman dan berani
berkorban keluar dari zona aman. Selanjutnya, ia juga berani bersikap tepat pada saat
yang tepat, karena inilah sebaik-baik amal yang harus terus dilatih.
Referensi
perkawinan
Keberkahan itu, tentu tidak datang dengan sendirinya. Ia perlu
dibangun dan diraih dengan kerja keras dan kerja cerdas. Di sini, agar keberkahan perkawinan
dapat diraih pasangan suami istri, maka hemat penulis paling tidak ada dua
belas referensi perkawinan yang harus menjadi pedoman dan arahan dalam
mengarungi bahtera kehidupan perkawinan.
1. Alquran. Inilah referensi pertama yang harus dipedomani tiap
pasangan suami istri. Dr. ‘Aidh bin ‘Abdullah Al-Qarni mengungkapkan Alquran
adalah suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun rapi serta dijelaskan secara
terperinci lagi mengandung berkah bagi yang membaca, merenungkan, menjadikan
obat penawar, berhakim padanya, dan mengamalkannya. Alquran juga mengandung
petunjuk, rahmat, pelajaran, cahaya, bimbingan, jalan yang lurus, dan nasihat.
2. Hadits. Inilah referensi sebagai penguat dalam membangun
kehidupan perkawinan. Sebab, isi hadits ini merupakan riwayat atau cerita yang
bertalian dengan sabda dan perbuatan Nabi Muhammad saw. Dalam hal ini, banyak
hadits yang berisi seputar perkawinan dan keluarga yang patut kita pedomani.
3. Pengalaman yang membuktikan. Keberadaan pengalaman ini menjadi bukti kehidupan dari
seseorang. Jadi, pengalaman perkawinan dari seseorang, tentu dapat menjadi referensi
yang harus diambil hikmahnya dalam membangun kehidupan perkawinan yang berkah.
4. Nasihat yang menyehatkan. Keberadaan nasihat itu, mungkin akan terasa sakit
pada awalnya, namun akan menjadi nikmat menyehatkan diakhirnya. Sehingga adanya
nasihat positif tentang perkawinan ini, tentu akan menjadi referensi yang mengkokohkan
ikatan pernikahan terhadap pasangan suami istri yang baru menikah maupun mereka
yang telah lama menikah.
5. Kematian yang mengingatkan. Kematian itu harus jadi referensi yang mengingatkan pasangan
suami istri bahwa hidup di dunia ini hanya sementara. Untuk itu, perkawinan ini
harus diisi dengan sesuatu yang menjadi bekal bagi kehidupan selanjutnya.
Inilah referensi kematian yang telah menyadarkan kita terhadap perlunya
membangun pernikahan yang berkah.
6. Perjalanan yang menggairahkan. Referensi inilah yang membuat kehidupan pernikahan
tidak menoton. Tapi, justru sebaliknya perjalanan itu membuat kehidupan
perkawinan menjadi bergairah, harmonis, dan menuju kehidupan yang lebih baik.
Bukankah dengan perjalanan, pasangan suami istri dapat menjaring aneka hikmah
dari apa yang dilihat dan dirasakan?
7. Kegagalan yang menyadarkan. Perkawinan itu berputar di antara kebaikan dan
keburukan. Tepatnya, dalam perkawinan itu adakalanya meraih kesuksesan dan bisa
juga menemui kegagalan. Di sini, untuk mencapai pernikahan yang berkah, maka
jadikan kegagalan dalam kehidupan perkawinan itu sebagai referensi yang dapat menyadarkan
pasangan suami istri.
8. Kritikan yang mendewasakan. Kritikan itu sejatinya adalah kejujuran dari
penilaian seseorang. Untuk itu, jadikanlah tiap kritikan dari pasangan suami
istri itu menjadi sesuatu hal yang dapat mendewasakan ikatan pernikahan.
9. Keterpurukan yang membangkitkan. Jadikalah, setiap keterpurukan sekecil apapun dalam
kehidupan pernikahan itu sebagai referensi yang dapat membangkitkan ikatan
perkawinan yang kokoh.
10. Kesalahan yang membangun kebesaran jiwa. Dalam mengisi kehidupan pernikahan, kadangkala muncul
kesalahan yang tidak kita inginkan. Untuk itu, bangunlah kesadaran terhadap
kesalahan dari pasangan suami istri itu sebagai referensi yang membangun
kebesaran jiwa dalam pernikahan.
11. Kekalahan sebagai cermin untuk terus belajar dan
bersabar. Inilah
referensi lainnya yang perlu diciptakan dan terus dipelihara pasangan suami
istri dalam menggapai pernikahan yang berkah.
12. Kemenangan untuk memperbanyak istighfar agar
orentasi pernikahan tidak kesasar. Referensi terakhir ini mengajarkan agar pasangan suami
istri tidak mabuk kepayang atas kemenangan yang telah didapat. Namun, adanya
kemenangan itu harus menjadi motivasi agar suami istri lebih fokus dalam meraih
perkawinan berkah yang sejati. (Arda
Dinata, pengasuh
Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam/MIQRA Indonesia).***