”Dalam dunia
tulis-menulis, ada yang dikatakan salah alamat. Naskah yang seharusnya dikirim
ke koran ’Bambu’, dikirim ke koran ’Betung’. Sudah tentu naskah itu tidak akan
pernah muncul di halaman koran ’Betung’. Sebab itu sebelum dikirim ke media
massa, penulis harus teliti sekali, ke mana naskah itu sebaiknya dikirim?”[Roesli Lahani Yunus]
Mengenal Karakter Media Massa
Oleh: Arda Dinata
![]() |
Mengenal Karakter Media Massa |
Apa yang diungkap
Roesli Lahani Yunus (Allahuyarham), seorang jurnalis sejati dari Bandung, tentu
benar adanya. Sebab, saya yakin tiap penulis pernah merasakan salah sasaran
ketika mengirimkan sebuah tulisan ke media massa, baik koran, tabloid maupun
majalah. Sehingga tulisannya tidak muncul-muncul di halaman media tersebut.
Tidak dimuatnya kiriman tulisan kita, ada beberapa kemungkinan. Pertama, memang tulisan kita yang tidak aktual dan bagus. Kedua, tulisan kita tidak sesuai selera redakturnya. Ketiga, tulisannya tidak fokus atau terlalu panjang dari luas (space) halaman rubrik tulisan tersebut. Keempat, isi tulisan yang kita buat tidak sesuai misi dan visi media tersebut. Inilah yang sering kita kenal dengan salah alamat, sebab tidak sesuai dengan karakter media massa itu.
Pada kesempatan
ini, kita coba bahas terkait point terakhir dari alasan kenapa tulisan kita
tidak dimuat di media massa. Salah alamat ternyata tidak hanya terjadi pada
dunia kiriman surat atau paket barang saja. Namun, kesalahan model ini terjadi
juga dalam dunia kirim-mengirim tulisan ke media massa. Penulis sendiri pernah
mengalami hal seperti ini, buktinya ketika tulisan itu penulis kirimkan ke
media massa lain ternyata tulisan itu akhirnya dimuat juga.
Berdasarkan
pengalaman tersebut, maka ada satu hal yang harus diperhatikan oleh tiap
penulis sebelum mengirimkan tulisannya ke media massa. Yakni kenali dulu
karakter (tulisan) dari media massa yang akan kita kirimi naskahnya tersebut.
Sebab, kita tahu tiap surat kabar dan majalah itu mempunyai visi dan misi yang berbeda.
Ada surat kabar yang khusus berisi tentang kesehatan, ekonomi, hobi, olah raga,
wanita, anak-anak, politik, agama, dan atau ada juga surat kabar yang berisi
aneka rubrik di atas.
Untuk kasus
pertama, kita dengan sendirinya sudah mengetahui bahwa media tersebut
memperjuangkan visi dan misinya dalam bidang-bidang tersebut, sehingga penulis
tidak perlu menebak-nebak atau mengira-ngira misi dan visi apa yang diemban
media massa tersebut. Jadi untuk media tipe ini, tulislah artikel yang sesuai dengan
visi dan misi dari media massa tersebut.
Sedangkan untuk
kasus kedua, bagi surat kabar yang memuat aneka rubrik/tema tertentu, maka di
sini diperlukan kejelian dari seorang penulis. Artinya seorang penulis harus
tahu jadwal terbit dari rubrik tersebut. Apakah tiap hari, hari-hari tertentu,
tiap minggu, atau sebulan sekali. Pokoknya, kita harus tahu jadwal tayang dari
rubrik yang akan kita kirim tulisannya. Untuk itu, disarankan sebelum kita
mengirimkan tulisan ke suatu media, maka kita terlebih dahulu sudah memiliki
koleksi koran tersebut. Sehingga kita bisa melihat karakter dan jenis tulisan
serta tema seperti apa yang disukai media tersebut.
Dalam bahasa lain,
Abu Al-Ghifari menuliskan bahwa cara sederhana yang mungkin dapat dilakukan
untuk mengetahui visi dan misi suatu koran adalah antara lain: Pertama, mencari
informasi pada para penulis yang sudah sering menulis di salah satu media.
Kedua, mengamati sendiri, misalnya dengan berlangganan satu koran kemudian
dipelajari model-model tulisan yang ada didalamnya. Ketiga, berdasarkan
pengalaman. Di sini penulis terjun langsung, dengan cara terus-menerus menulis
pada beberapa media yang diinginkan.
Jika tulisan tidak
dimuat atau biasanya kemudian dikembalikan, menurut Abu Al-Ghifari itu pertanda
tulisan kita tidak sesuai dengan keinginan redaktur. Dan jika hal ini dilakukan
terus-menerus, maka seorang penulis akan menjadi tahu jenis-jenis tulisan mana yang
sesuai dan mana yang tidak sesuai dengan koran tersebut.
Dalam hal ini, ada
satu hal yang perlu diingat bahwa sebuah tulisan yang tidak dimuat belum tentu
tidak sesuai dengan visi sebuah koran. Bisa jadi hal tersebut disebabkan oleh
banyaknya penulis yang menulis pada satu persoalan yang dianggap sama. Sehingga
dengan terpaksa tulisan kitalah yang dikalahkan. Atau barangkali ada
sebab-sebab lain.
Yang pasti, dengan
kita mengetahui karakter (tulisan) dari media yang akan kita kirimi artikel,
maka keuntungan bagi seorang penulis adalah bisa menghemat tenaga dan
memanfaatkan waktu secara tepat. Sebab, jika artikel yang kita bikin tersebut salah
kirim, dampaknya bukan saja rugi waktu, tapi juga rugi tenaga dan uang.
Akhirnya, patut
kita perhatikan pesan Ahmad Bahar, dalam buku ”Kiat Sukses Meraih
Penghasilan Dari Media Massa” (1996), yang menyebutkan bahwa diantara
sejumlah masalah yang menjadi pertimbangan bagi redaktur sebuah koran untuk
dimuatnya sebuah tulisan, antara lain: tema atau topik tulisan, gaya bahasa,
keaktualan persoalan yang dibahas, kesesuaian isi atau materi tulisan dengan
latar belakang keilmuan penulis, dan sebagainya.
Jadi, selamat
menulis (artikel) dan jangan lupa sebelum kita mengirimkannya ke suatu media
massa, maka lihat dulu karkater tulisan kita dengan karakter media massa
tersebut. Bila cocok, jangan ditunda-tunda lagi. Segera kirimkan tulisan
tersebut sebelum terlambat!***
Agar Anda menjadi PENULIS SUKSES, baca juga artikel ini: 3 Cara Agar Produktif Menulis, Mencatat Melanggengkan Daya Ingat, 5 Rahasia Menjadi Penulis, Bertafakur dengan Alam Sumber Menulis, dan 6 Modal Utama Menjadi Penulis Kreatif
Agar Anda menjadi PENULIS SUKSES, baca juga artikel ini: 3 Cara Agar Produktif Menulis, Mencatat Melanggengkan Daya Ingat, 5 Rahasia Menjadi Penulis, Bertafakur dengan Alam Sumber Menulis, dan 6 Modal Utama Menjadi Penulis Kreatif
Arda Dinata, Pengasuh Rubrik Jurnalistik di Majelis Inspirasi Alquran dan
Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, http://miqraindonesia.com.