Rahasia kebahagiaan
Untuk menggapai kebahagiaan, pasangan suami
istri harus memperhatikan pilar-pilar dalam pernikahan, diantaranya: pandai
memilih pasangan berdasarkan kualitas agama, akhlak terpuji dan keturunan yang
baik. Kemudian pilar tersebut harus diperkokoh dengan interaksi positif suami
istri, kerja keras dan saling memahami sifat-sifat dari pasangannya.
Di sini, pada hakekatnya orang yang berbahagia
itu adalah orang yang mampu berdamai dengan dirinya, orang lain, dan Allah SWT.
Dalam hal ini, menurut Arvan Pradiansyah, penulis buku Life is Beautiful, ada 7 makanan bergizi yang jika kita konsumsi
dapat menciptakan kebahagiaan. Beliau menyebutnya dengan 7 Laws of Happiness (tujuh rahasia hidup yang bahagia), yaitu:
sabar, syukur, sederhana, kasih, memberi, memaafkan, dan tawakkal.
Bila kita renungkan dari ketujuh hal itu,
tentu betul adanya dalam menciptakan kebahagiaan rumah tangga. Adanya sifat sabar
merupakan kunci dan menjadi sumber dari segala sumber kebahagiaan dalam rumah
tangga. Sabar kala susah itu penting. Tapi, sabar dikala senang jauh lebih
penting. Sabar itu tidak lain ialah kemampuan untuk menunda respons dalam diri
kita.
Bersyukur sendiri diartikan sebagai menerima
apa pun yang kita dapatkan dengan senang hati. Bagi rumah tangga yang bisa
bersyukur terhadap hal-hal yang telah dimilikinya, niscaya keluarganya akan
mendapatkan kenikmatan dan berkah yang tak ternilai harganya.
Sifat lainnya ialah sederhana. Perilaku
sederhana ini patut kita tanamakan dalam membangun rumah tangga. Sebab, kita
sering kali menghadapi masalah yang rumit dan kompleks karena kita terlalu
masuk ke hal-hal yang teknis dan terperinci. Padahal rahasia kesederhanaan akan
selalu mengingatkan kita akan esensi sebuah masalah dan tujuan besar yang ingin
dicapai.
Untuk dapat menggapai bahagia, kita juga harus
berperilaku kasih sayang. Nabi saw. pernah mengungkapkan dalam sabdanya,
“Belumlah kita dapat dikatakan beriman sebelum kita mencintai orang lain
sebagaimana kita mencintai diri kita sendiri.” Adapun aplikasi orang-orang yang
mengasihi itu akan mewujudkannya dalam bentuk tindakan memberi. Orang yang
memberi dengan dasar kasih adalah orang ikhlas. Puncaknya, memberi itu akan menghasilkan
energi mencerahkan, menimbulkan rasa puas dan bahagia.
Selain itu, dalam membangun keluarga pun kita
harus saling memaafkan. Menyembuhkan kenangan bukanlah dengan menghapus
ingatan. Justru, memaafkan itu sebagai cara baru untuk mengenang. Sehingga kita
mengubah kenangan lama menjadi harapan di masa depan.
Akhirnya, setelah berperilaku sabar, syukur,
sederhana, kasih, memberi dan memaafkan, maka langkah terakhir kita harus
tawakkal kepada Allah SWT. Sebab, tanpa tawakkal maka belum tentu perilaku kita
itu akan menghasilkan kebahagiaan rumah tangga yang abadi.
(Arda Dinata, pengasuh
Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam/MIQRA Indonesia).***
KebahagiaanAtau Kesenangan? (1)
KebahagiaanAtau Kesenangan? (1)