Masalah Diverifikasi dan Ketahanan Pangan (1)
Oleh ARDA DINATA
PERMASALAHAN serius yang masih menjadi perhatian Organisasi Pangan dan Pertanian Sedunia, FAO (Food and Agriculture Organitation) adalah di banyak negeri masih dihadapkan pada masalah kurang gizi, rendah gizi, rawan pangan dan bahkan kelaparan.
Kondisi seperti itulah, yang saat ini mengintai (baca: melanda) sebagaian masyarakat Indonesia. Sehingga, seperti diberitakan Kompas (23/01/02), untuk mengatasi krisis pangan saat ini, Kementerian Negara Riset dan Teknologi telah menyusun program diversifikasi pangan. Langkah tersebut dilakukan sebagai alternatif untuk mengantisipasi harga beras yang semakin tinggi serta untuk mengurangi impor pangan yang telah menghabiskan devisa negara dalam jumlah besar
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidupnya, sehingga tidak aneh kalau adanya ketergantungan manusia terhadap pangan yang dikonsumsi.
Menyangkut masalah ketahanan pangan ini, sebetulnya jauh-jauh hari telah diwanti-wanti oleh Prof Tumari Jatileksono (1996) bahwa keadaan pangan negara kita menghadapi ancaman yang serius. Buktinya, proporsi penduduk Indonesia dengan tingkat konsumsi kalori kurang dari 2.150 kilo kalori (kkal) mencapai 56%, proporsi penduduk dengan konsumsi protein kurang dari 45 gram mencapai 38 %, indeks Gini food gap konsumsi energi dan protein tercatat 0,36 dan 0,39, dan koefesien variasi konsumsi energi dan protein mencapai 28 dan 34 %.
Dalam studinya, Jatileksono menyimpulkan bahwa tingkat kecukupan energi 2.150 kkal, tidak terdapat perbedaan indeks ketahanan pangan pada tingkat pedesaan dan perkotaan. Sedangkan pada tingkat kecukupan protein 45 gram, indeks ketahanan pangan perkotaan lebih besar dibandingkan dengan ketahanan pangan di pedesaan.
Secara demikian, apa sebenarnya dasar dari program diversifikasi pangan tersebut? Apa yang menjadi kendala dari program ini. Dan apa saja kriteria yang bisa dijadikan pegangan untuk menentukan suatu negara itu memiliki ketahanan pangan? Tunggu jawabannya dalam postingan saya selanjutnya? Bagaimana menurut Anda?***
Penulis adalah dosen tutor di Akademi Kesehatan Lingkungan [AKL] Kutamaya dan bekerja di Loka Litbang P2B2 Ciamis, Balitbangkes Depkes. R.I.
MIQRA INDONESIA, sebuah komunitas yang berusaha selalu belajar mengembangkan diri melalui INSPIRASI KECERDASAN HATI. Tulisan-tulisan di blog ini merupakan catatan tentang berbagai inspirasi yang telah dikembangkan menjadi tulisan sederhana dengan berusaha memasukan hikmah di dalamnya. Sahabat KOMPASIANER silahkan memberi komentar dan masukan atas apapun tentang isi tulisan di blog ini. Saya tunggu komentarnya sekarang juga ya...!!! Salam inspirasi dan sukses selalu buat Anda.