- / / : 081284826829

Indahnya Menjadi Keluarga Pembelajar*)

Oleh ARDA DINATA

Keluarga pembelajar adalah keluarga yang memberikan kesempatan dan mendorong setiap individu yang ada di dalam keluarganya untuk terus belajar dan memperluas kapasitas dirinya. Dialah keluarga yang siap menghadapi perubahan.

Betapa indahnya menjadi keluarga pembelajar. Sebab dengan semangat selalu belajar ini, tiap anggota keluarga dengan gigihnya selalu berusaha menggapai kesempurnaan. Yakni dengan terus selalu memperbaiki diri, baik suami, istri maupun anak-anak.


Manusia pembelajar, menurut Andrias Harefa, dalam buku Menjadi Manusia Pembelajar (2000) diartikan sebagai setiap orang (manusia) yang bersedia menerima tanggung jawab untuk melakukan dua hal penting. Pertama, berusaha mengenali hakikat dirinya, potensi dan bakat-bakat terbaiknya, dengan selalu berusaha mencari jawaban yang lebih baik tentang beberapa pertanyaan eksistensial. Ke-dua, berusaha sekuat tenaga untuk mengaktualisasikan segenap potensinya itu, mengekspresikan, dan menyatakan dirinya sepenuh-penuhnya, seutuh-utuhnya, dengan cara menjadi dirinya sendiri dan menolak untuk dibanding-bandingkan dengan sesuatu yang "bukan dirinya".

Dengan kata lain, keluarga pembelajar merupakan sosok keluarga yang haus akan ilmu. Dengan demikian, dengan kapasitas keilmuan dari tiap anggota keluarga, akan mengantarkan terciptanya keharmonisan dan kesuksesan membangun kehidupan keluarga.

Terkait dengan itu, ada yang me-ngentak jiwa saya ketika membaca catatan Hifizah Nur (2009) di kotasantri.com -- situs yang juga biasa saya menulis seputar tema keluarga ini. Sahabat Nur ini menyoroti dari banyak kasus yang sempat mampir dalam memorinya, lalu dia mengambil kesimpulan bahwa tidak ada orang tua yang memiliki keahlian yang sudah sempurna ketika pertama kali menjadi orang tua. Orang tua bukanlah orang yang serbabisa dan serbatahu sehingga mampu menyelesaikan semua masalah dalam pendidikan anak. Meskipun orang tua tersebut memiliki berbagai gelar yang disandang di belakang namanya, bukanlah jaminan ia mengetahui secara pasti seluk beluk dunia anak.

Orang tua perlu berendah hati mengakui bahwa dirinya sedang belajar. Dengan demikian, ketika menghadapi kesulitan dalam pendidikan anak-anak, selalu ada usaha untuk mencari solusi, berdialog, berusaha menjadi teman bagi sang anak. Berusaha mencari tahu apa kebutuhan sang anak yang sesungguhnya. Mencoba memasuki dunia sang anak. Bukannya memaksakan solusi yang mungkin kurang tepat bila diterapkan kepada sang anak.

Komponen

Lalu, komponen-komponen penting apa yang harus ada dalam keluarga pempelajar ini? Ibarat organisasi, keluarga adalah organisasi yang terdiri atas suami, istri, dan anak-anak. Meng-adopsi dari teori organisasi pembelajar, paling tidak ada beberapa komponen penting yang harus dimiliki keluarga pembelajar.
Pertama, belajar. Kegiatan belajar dalam keluarga merupakan ruh yang memberikan ruang gerak bagi maju mundurnya suatu keluarga. Belajar ini hendaknya menjadi prioritas utama dalam tiap kegiatan yang dilakukan keluarga.

Kedua, tatanan keluarga. Keluarga yang mempunyai semangat keluarga pembelajar, mereka akan memperjelas visi keluarganya, yang dapat digali dari visi-visi individu. Visi mereka adalah visi yang jelas, semua orang mengha-yati visi tersebut karena visi tersebut digali dari diri mereka. Dalam keluarga pembelajar ada sebuah iklim yang terbentuk dan mendorong individu-individu yang ada untuk berkembang. Secara struktural, keluarga pembelajar adalah organisasi yang ramping. Hal ini memungkinkan anggota yang ada dapat berkoordinasi dengan efektif dan efisien.

Ketiga, pemberdayaan anggota keluarga. Komponen ini menjadi bagian yang penting diterapkan terhadap orang yang ada di dalam keluarga pembelajar maupun orang-orang yang ada di luar keluarga pembelajar. Intinya kita harus membangun hubungan di antara anggota seisi rumah dengan baik.

Keempat, manajemen ilmu. Komponen ini menjadi kebutuhan pokok yang harus dijalankan dengan baik untuk memudahkan sirkulasi pengetahuan sehingga bisa berkembang dengan baik. Ilmu pengetahuan harus dikelola dengan baik, dari mulai bagaimana mendapatkan ilmu pengetahuan, menciptakan pengetahuan baru, menyimpannya, dan kemudian mengamalkan pengetahuan untuk kemudian disebarkannya.

Kelima, pemanfaatan teknologi. Bagi keluarga pembelajar, keberadaan kemajuan teknologi ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk melanggengkan dan menghidupkan proses pembelajaran dan penggalian ilmu pengetahuan secara maksimal. (Arda Dinata, motivator di Majelis Inspirasi Alquran dan Realitas Alam/MIQRA Indonesia) ***

*) Artikel ini telah dimuat di koran HU. Pikiran Rakyat Bandung, edisi tanggal 26 September 2010.

WWW.ARDADINATA.COM