Bermesraan dengan (Kimia) Lingkungan
oleh Arda Dinata
MANUSIA, lingkungan, dan bencana telah melahirkan cerita tiada henti. Tanpa bencanapun, bahan kimia tak hentinya menyebar dan bersinggungan dengan kehidupan manusia. Apalagi, tak kala bencana itu hadir menyapa kehidupan manusia, tentu jumlah dan kualitasnya makin bertambah.
Manusia itu tiap hari selalu bermesraan dengan bahan kimia dan lingkungan. Mungkin selama ini Anda sadar atau pun tidak sadar dalam perilaku hariannya selalu bersinggungan dengan lingkungan dan bahan kimia. Pada lingkungan itulah begitu banyak tersebar bahan kimia. Baik bahan kimia yang menguntungkan maupun yang berbahaya bila kadarnya berlebihan.
Lingkungan itu apa yang
ada di sekitar kita. Pada lingkungan ini ada lapisan atmosfir (lapisan udara/gas); hidrosfir
(lautan); geosfir (padatan bumi); litosfir (lapisan bumi 50-100 KM); dan biosfir (tempat kehidupan biotik dan
abiotik). Pada lingkungan itulah ada istilah ekologi, ekosistem, habitat, komunitas,
dan populasi.
Ekologi itu tempat
hidup dan keberadaannya terus melakukan adaptasi dengan kondisi lingkungan.
Dalam ekologi itu terdapat aneka ekosistem. Yakni tempat interaksi antar
organisme dan lingkungan fisik yang membentuk tatanan atau sistem tertentu.
Misalnya ada ekosistem air tawar, ekosistem pesisir, ekosistem hutan, dan
lainnya.
Sementara itu, habitat diartikan sebagai tempat atau lingkungan di mana suatu organisme hidup. Untuk komunitas itu sendiri berisi banyaknya organisme yang hidup dalam suatu tempat. Sedangkan istilah populasi itu menunjukkan jumlah organisme tertentu dalam suatu tempat.
Aliran
energi dan konservasi
Kehadiran bahan kimia
di lingkungan akan memberi porsi tersendiri dalam mengalirkan energi di
ekosistem manapun. Belum lagi dalam lingkungan itu terjadi interaksi luar. Bisa
di antara ekosistem yang ada, termasuk akibat interaksi dengan perilaku
manusia. Inilah ruh dan potensi aliran energi yang terjadi dalam lingkungan
kehidupan ekosistem manusia.
Terkait dengan energi
di lingkungan ini, saya teringat dengan hukum thermodinamika I dan entropi. Hukum
thermodinamika I terkait dengan konservasi energi menyebutkan: “Energi tidak dapat diciptakan ataupun
dimusnahkan, melainkan hanya bisa diubah bentuknya saja.” Artinya, dalam
hidup ini segala sesuatu berubah. Kehidupan (mahluk hidup) hanya mentrasfer
materi. Energi itu polanya bisa dibuang, digunakan kembali (reuse), dan meformulasi ulang (reformulasi).
Sementara, entropi sebagai satu besaran termodinamika yang mengukur energi mengajarkan
adanya transformasi energi akan menghasilkan limbah atau polutan (waste). Dan polutan ini tak dapat
dinolkan. Tapi, hanya kadarnya saja yang diturunkan sampai batas toleransi.
Pada konteks ini, massa
itu tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan. Ia hanya dapat ditransfer dari satu
bentuk ke bentuk yang lain. Faktor sistem lingkunganlah yang mengubah massa
suatu elemen tertentu. Jadi, konservasi massa itu mengajarkan bahwa sesuatu itu
bersifat dinamis. Keberadaan polusi tak dapat ditiadakan. Proses yang terjadi
di dunia ini, baik dari benda hidup maupun benda mati hanya mengubah bentuk dan
mentransfer ke bagian lain. Untuk itu, atas dasar pola pikir inilah kita dapat
melakukan pemanfaatan dalam wujud proses, sistem pembuangan, reuse, dan reformulasi energi bahan
kimia yang mengganggu kehidupan manusia.
Bagaimana menurut Anda? Silahkan tulis komentarnya di kolom bawah ini ya! Salam sukses selalu. Aamiin.
Bersambung ke edisi tanggal 02/10/2020 ==> Kimia lingkungan
Arda Dinata adalah Peneliti dan Alumnus Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Kesehatan Lingkungan FK UGM Yogyakarta.