"Menulis itu merangkai kata menjadi kalimat bermakna. Menyulam kalimat membentuk paragraf berkesinambungan dalam balutan tulisan yang utuh. Ibarat makhluk hidup, menulis itu berawal dari hal-hal kecil yang terus disirami dan diberi pupuk hingga terus tumbuh berkembang menjadi makhluk dewasa. Jadi, penulis itu terbentuk dari akar kebiasaan membaca dan konsistensi belatih menulis secara terus menerus dengan penuh kesabaran." - Arda Dinata.
Semua Makhluk Hidup Sebagai Guru Menulis
Bagi saya,
kehidupan ini adalah proses belajar tiada henti. Termasuk aktivitas menulis
yang saya lakukan sejatinya adalah proses belajar yang terus menerus saya
lakukan. Belajar pada siapa pun dan di mana pun. Betul, lewat menulis bagaimana
saya membangun mimpi-mimpi yang diharapkan dalam kehidupan. Sehingga lewat
tulisan-tulisan yang saya hasilkan itu, bagaikan sebuah cermin yang selalu
setia setiap saat mengingingatkan saya bila saya tidak konsisten dengan apa-apa
yang sudah pernah saya tuliskan. Inilah sebuah algojo yang penuh hikmah
membimbing hidup kita agar terjaga dalam koridor yang benar dan hidupnya akan
menjadi lebih baik.
Bahasa
tulisan itu adalah bahasa kehidupan yang akan membimbing kita tanpa kekerasan.
Tapi, dengan mesra ia akan mengetuk dinding-dinding hati kita untuk menyadari
sesuatu tanpa ada paksaan dan perintah dari orang lain. Namun, hasilnya hati
kita akan tersentuh sendirinya dengan apa yang kita baca lewat tulisan itu. Dan
cepat atau lambat, sebuah tulisan itu akan mempengaruhi keputusan dalam
perilaku hidup seseorang. Sungguh dahsyat pengaruh sebuah tulisan itu, sehingga
banyak testimoni yang mengungkapkan bahwa seseorang menjadi termotivasi,
terharu, sedih, mau bekerja keras, optimis, dan hal-hal lainnya setelah membaca
sebuah tulisan (bisa artikel lepas atau pun buku).
Di antara
guru menulis saya yang setia dan tak pernah lelah menemani serta selalu memberi
inspirasi akan tulisan-tulisan yang saya hasilkan adalah berguru pada MAKHLUK
HIDUP. Iya betul, guru menulis saya adalah semua makhluk hidup di jagat alam
semesta ini. Lewat fenomena dan perilaku yang terjadi pada setiap makhluk hidup
yang ada di sekitar kita, bagaimana saya belajar menulis. Baik belajar dari
sisi bagaimana makhluk hidup itu “menuliskan” perilaku hidupnya maupun
penyimpangannya dan keistimewaan yang dimilikinya.
Banyak
sisi-sisi kehidupan makhluk hidup itu yang dapat kita aplikasikan dalam
bagimana kita belajar menulis. Ambil contoh kecil, bagaimana seorang penulis
itu harus rajin membaca untuk membangun kualitas tulisannya. Terkait ini, saya
belajar betul pada seorang petani sayuran yang begitu telaten dan sabar dalam
memelihara tanamannya agar dapat tumbuh subur dan berbuah maksimal. Setiap hari
dia tanpa menghiraukan rasa lelah, selalu menyirami tanamannya, memberi pupuk
dan menjaga tanaman dari gangguan hewan-hewan perusak tanaman tersebut. Lewat
aktivitas rutin seperti itu, sang petani itu tentu akan panen raya sayuran yang
berkualitas. Dan bisa ditebak hasilnya, bila sang petani itu membiarkan tanaman
tersebut tanpa dipelihara dan dipupuk. Hasilnya tentu tidak sebaik dan sebanyak
petani yang memperlakukan dan memelihara tanaman itu dengan baik.
Begitu juga
dengan penulis. Bagi seorang penulis yang rajin membaca, maka kualitas
tulisannya akan berbeda dengan penulis yang minim membaca. Lewat membaca itulah
akan mengkayakan isi tulisannya. Bahasanya tidak menoton karena ia memiliki
pembendaharaan kata yang begitu melimpah. Gaya tulisannya pun mengalir dan enak
dibaca. Sebaliknya, bagi penulis yang minim membaca akan terasa dari tulisannya
yang begitu kaku, menoton, basi, dan hambar lagi membosankan penyampaiannya.
Hal
lainnya, lewat berguru pada makhluk hidup, seorang penulis bisa belajar tentang
bagaimana membangun kesabaran, komitmen, kerja cerdas, ketekunan, pantang
menyerah, kejujuran, dan hal lainnya dalam berkarya menghasilkan tulisan yang
bermanfaat dan berkualitas baik. Kita bisa belajar menulis dari alam, tumbuhan,
hewan, bakteri, virus, jamur, dan manusia yang begitu indah telah dituliskan
Sang Pencipta. Di sana, ada gaya tulisan bernuansa romantis, melankolis, penuh
optimis, kelembutan, ketabahan, dan hal positif lainnya. Semua itu merupakan
lahan belajar menulis yang penuh inspiratif bagi mereka yang mau melakukannya
dengan sungguh-sungguh.
Tentu,
tidak berlebihan bila dikatakan bahwa semua kejadian di alam dan fenomenanya
itu merupakan kurikulum dalam tulis menulis yang begitu lengkap bagi mereka
yang mau belajar dan berpikir. Inilah lahan belajar menulis yang telah Allah
berikan bagi siapa pun yang berada di belahan bumi manapun. Terkait fenomena
alam semesta sebagai kurikulum dalam menulis, saya akan bahasa dalam tulisan
selanjutnya.
Jadi,
apakah Anda masih bingung mencari guru menulis yang begitu loyal dan setia siap
membimbing dalam dunia tulis menulis? Bila ya, coba deh segera berguru menulis
pada semua makhluk hidup di muka bumi ini.
Salam...
Arda Dinata
www.ArdaDinata.com