LALAT merupakan serangga dari ordo Diptera yang mempunyai sepasang sayap biru berbentuk membran. Semua bagian tubuh lalat rumah bisa berperan sebagai alat penular penyakit (badan, bulu pada tangan dan kaki, feces dan muntahannya). Kondisi lingkungan yang kotor dan berbau dapat merupakan tempat yang sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan bagi lalat rumah.
Umur lalat rumah antara 1–2 bulan dan ada yang 6 bulan sampai 1 tahun. Selama dalam siklus hidupnya lalat rumah mempunyai 4 stadium. Pertama, stadium telur. Stadium ini lamanya 12–24 jam. Bentuk telur lonjong bulat berwarna putih. Besar telur 1–2 mm. Telur dikeluarkan oleh betina sekaligus sebanyak 100–150 butir. Di tempat kotoran yang panas dan lembab merupakan faktor yang dapat mempengaruhi lamanya stadium ini. Makin panas makin cepat, makin dingin makin lambat.
Kedua, stadium larva. Stadium larva ini ada tiga tingkatan. (a) Setelah keluar dari telur belum banyak bergerak. (b) Tingkat dewasa, banyak bergerak. (c) Tingkat terakhir, tidak banyak bergerak. Kalau kita lihat lebih jauh, larva ini bentuknya bulat panjang dengan warna putih kekuning-kuningan dan keabu-abuan, mempunyai segmen sebanyak 13 dan panjangnya 18 mm. Larva ini selalu bergerak dan makan dari bahan–bahan organik yang terdapat di sekitarnya. Pada tingkat terakhir (c) larva berpindah dari tempat yang kering ke tempat yang sejuk. Untuk berubah menjadi kepompong lamanya stadium ini 2-8 hari atau 2-5 hari tergantung dari temperatur setempat. Larva ini mudah terbunuh dengan temperatur 73oC.
Ketiga, stadium pupa. Lamanya stadium ini 2-8 hari atau tergantung dari temperatur setempat. Bentuk bulat lonjong dengan warna cokelat hitam. Stadium ini kurang bergerak atau tidak bergerak sama sekali. Panjangnya lebih kurang 5 mm. Mempunyai selaput luar yang keras disebut posteroor spiracle yang berguna untuk menentukan jenisnya.
Keempat, stadium dewasa. Stadium ini adalah stadium terakhir yang sudah berwujud serangga yaitu lalat. Dari stadium telur sampai stadium dewasa memakan waktu 7 hari atau lebih tergantung pada keadaan sekitar dan macamnya lalat. Biasanya 8-20 hari.
Pengendalian lalat
Pada umumnya perkawinan lalat terjadi pada hari ke-2 sampai hari ke-12 sesudah keluar dari kepompong. Dua sampai tiga hari kemudian sesudah kawin baru bertelur yang jumlahnya sekali bertelur 100–150 butir dan setiap betina dapat bertelur 4–5 kali seumur hidupnya. Makanan yang utama adalah barang-barang cair. Ada zat gula, sementara itu bagi benda-benda yang keras dicairkan terlebih dahulu dengan air ludahnya supaya dapat dihisap. Pada waktu makan sering kali memuntahkan sebagian makanan. Dengan demikian, memungkinkan untuk penyebaran kuman-kuman penyakit.
Usaha pengendalian lalat dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, usaha perbaikan lingkungan, terutama melalui pembuangan sampah yang memenuhi syarat kesehatan. Usaha ini bertujuan untuk mencegah terjadinya sarang-sarang lalat. Kedua, usaha pengendalian secara biologis. Usaha ini dilakukan dengan jalan disterilisasi terhadap lalat jantan, dengan tujuan agar lalat tersebut bila mengadakan perkawinan akan dihasilkan telur steril. Cara ini hanya dapat dilakukan di laboratorium.
Ketiga, usaha pengendalian dengan menggunakan racun serangga. Racun serangga dapat dibedakan berdasarkan tempat masuknya. (a) Stomach poison (racun perut). Insektisida jenis ini masuk ke dalam tubuh serangga melalui mulut atau termakan. Biasanya insektisida ini digunakan untuk serangga yang mempunyai alat mulut menggigit, lekat isap dan bentuk penghisap.
(b) Contact poison (racun kontak). Insektisida jenis ini masuk ke dalam tubuh serangga melalui spirakel alat pernapasan atau melalui integumen ke dalam darah. Pada umumnya insektisida jenis ini digunakan untuk serangga yang mempunyai bentuk mulut tusuk isap. (c) Fumigans (racun pernapasan). Insektisida jenis ini masuk ke dalam tubuh serangga melalui sistem pernapasan berupa spirakel yang terdapat di permukaan tubuh, biasanya insektisida jenis ini digunakan untuk serangga yang tidak tergantung pada bentuk mulutnya.
Apa itu flavonoid?
Jeruk manis (Citrus aurantinum) berasal dari India timur laut, Cina selatan, Birma utara, dan Vietnam. Pada saat sekarang jeruk manis sudah banyak ditanam di daerah tropis maupun subtropis. Jeruk manis umumnya ditanam di daerah 20–40 LU, dan 20–40 LS, sedangkan di sekitar khatulistiwa dapat ditanam sampai ketinggian 2.000 m dari permukaan laut. Temperatur optimal pertumbuhannya antara 25–30oC.
Buah jeruk yang semakin tua, kandungan gulanya semakin bertambah, tetapi kandungan asamnya makin berkurang. Buah jeruk manis yang langsung terkena sinar matahari akan mengandung gula lebih banyak, demikan juga kandungan vitamin C-nya. Asam amino adalah persenyawaan yang dapat menjadi struktur protein. Selama perkembangan buah, kandungan asam amino berubah-ubah secara kuantitatif dan kualitatif.
Kandungan asam sitrat jeruk manis pada waktu muda cukup banyak, tetapi setelah buah masak makin berkurang. Kandungan asam sitrat jeruk manis valencia yang telah masak akan berkurang sampai dua pertiga bagian. Cairan buah jeruk manis mengandung asam malat 1,4–1,8 mgm per liter.
Flavonoid adalah salah satu jenis senyawa yang bersifat racun/ aleopati terdapat pada kulit jeruk manis, merupakan persenyawaan glucoside yang terdiri dari gula yang terikat dengan flavon. Flavonoid yang tidak ada rasanya disebut hesperidin, sedangkan limonin menyebabkan rasa pahit.
Flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar. Golongan flavonoid mencakup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungus sampai angiospermae.
Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deret senyawa C6–C3–C6 artinya kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzena tersubtitusi) disambungkan oleh rantai alifatik ketiga karbon. Flavonoid mempunyai sifat yang khas yaitu bau yang sangat tajam, sebagian besar merupakan pigmen warna kuning, dapat larut dalam air dan pelarut organik, mudah terurai pada temperatur tinggi.
Flavonoid punya sejumlah kegunaan. Pertama, terhadap tumbuhan, yaitu sebagai pengatur tumbuhan, pengatur fotosintesis, kerja antimiroba dan antivirus. Kedua, terhadap manusia, yaitu sebagai antibiotik terhadap penyakit kanker dan ginjal, menghambat perdarahan. Ketiga, terhadap serangga, yaitu sebagai daya tarik serangga untuk melakukan penyerbukan. Keempat, kegunaan lainnya adalah sebagai bahan aktif dalam pembuatan insektisida nabati dari kulit jeruk manis.
Sebagai insektisida nabati, di sini flavonoid masuk ke dalam mulut serangga (lalat rumah) melalui sistem pernapasan berupa spirakel yang terdapat di permukaan tubuh dan menimbulkan kelayuan pada saraf, serta kerusakan pada spirakel akibatnya tidak bisa bernapas dan akhirnya mati.
Akhirnya, tidak berlebihan bila yang kita gunakan sebagai insektisida alami untuk menekan populasi lalat itu adalah kulit jeruk manis. Sebab, pada kulit jeruk manis apabila diolah dapat diperoleh persenyawaan hesperidin dan flavonoid. Tepatnya, dari kulit jeruk manis dapat diperoleh tiga jenis pigmen atau zat warna yaitu xanthophyll, violaxanthin, dan flavonoid. Nah, kandungan flavonoid inilah yang mempunyai sifat insektisida. Oleh karena itu, dari kulit jeruk manis ini apabila diolah secara tepat dapat digunakan sebagai racun serangga.***
Arda Dinata
Peneliti di Loka Litbang Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) Ciamis, Balitbang Kesehatan Kemenkes RI.