Membaca Air dan Pengelolaan Lingkungan
Oleh: ARDA DINATA
Fenomena alam dewasa ini, termasuk kejadian gunung meletus, tsunami, hujan, banjir, dan kekeringan adalah pelajaran bagi orang yang berakal sehat. Sehingga kita tidak hanya mampu dalam mengelola alam itu secara baik dan bermanfaat. Tapi, kita juga harus menyadari kalau alam pun merupakan ciptaan Allah yang mesti “dibaca”, karena segala cipataan-Nya di bumi ini mengandung banyak pelajaran bagi manusia. Untuk itu salah satunya marilah kita belajar pada air dan tidak semata-mata hanya dengan memanfaatkannya saja.
Sejatinya, dengan adanya hujan ini dapat membersihkan manusia dari berbagai polutan atau kotoran yang menempel. Sebab, air itu adalah zat pelarut yang sangat baik. Diketahui, satu molekul air terdiri atas satu atom oksigen yang besar (bermuatan positif) ditempeli dua atom hidrogen yang kecil (bermuatan negatif). Karenanya, bagian oksigen molekul air tersebut masih dapat menarik atom hidrogen dari molekul air lainnya, termasuk zat-zat kimia lain.
Itulah sebabnya, mengapa manusia kalau mandi menggunakan air untuk membersihkan tubuhnya. Selain sebagai pelarut yang baik, air juga termasuk makanan yang sangat penting bagi manusia, setelah oksigen dari udara untuk bernapas. Faktanya, tiap bagian tubuh manusia mengandung air (tulang 25-30%, kulit 70%, gigi 19%, otot 75%, jaringan syaraf 85%, dan darah 92% mengandung air).
Begitu pula halnya agar kita terlindung dari godaan setan dan untuk mensucikan diri, kita diperintahkan berwudu menggunakan air. Tujuannya, agar kita ada dalam keadaan bersih dan suci sewaktu mendirikan shalat atau mengkaji ayat-ayat Al-Quran.
Lebih dari itu, yang pasti air yang turun dari langit adalah air yang bersih dan berguna untuk menyuburkan tanah, untuk memberi minum kepada sebagian besar mahluk hidup, seperti yang tersirat dalam QS al-Furqan [25]: 48-49, ”Dan Dialah yang mengirimkan angin sebagai kabar gembira yang mendahului rahmat-Nya, dan Kami menurunkan air yang bersih dari langit. Dengan itu Kami hidupkan negeri yang sudah mati, dan Kami beri minum segala yang Kami ciptakan, hewan ternak dan manusia yang banyak.”
Jadi, sesungguhnya Allah SWT menurunkan hujan itu sebagai rahmat. Walaupun kemudian, di beberapa daerah ada terjadi bencana banjir, itu semata-mata akibat rusaknya alam pelindung air oleh tangan-tangan manusia yang serakah. Lebih dari itu, melalui karakter yang dimiliki air, mestinya tiap manusia yang menggunakannya akan sejalan dengan kepandaian dalam mengelolanya. Mengapa demikian? Paling tidak menurut Al-Faruqi (2002), hal itu didasarkan atas beberapa ibroh yang dimilikinya.
Pertama, seperti air mengalir, manusiapun berjalanlah sesuai fitrahnya. Pada saat ada sandungan batu atau apa saja, air akan berputar dan apabila datang hambatan yang lebih besar lagi dia akan berkumpul dan bertambah banyak sehingga batu itu tenggelam dan terbawa arus olehnya. Begitu juga manusia pada saat datang rintangan carilah jalan keluar, tetapi apabila halangan jauh lebih besar maka kumpulkanlah kekuatan untuk mengancurkannya.
Kedua, semakin miring tempat air mengalir, maka semakin deras arusnya. Posisi sangat menentukan untuk menang atau kalahnya kebenaran atas kebatilan. Tambah tinggi posisi kita secara kualitas maupun kedudukan kita di mata Allah SWT dan manusia, maka akan semakin mudah kita untuk meluncurkan arus kebenaran untuk menang.
Ketiga, jumlah air yang besar apabila di-manage dengan benar akan mendatangkan kekuatan yang luar biasa. Manusia yang di-manage dengan bimbingan Ilahi pasti akan mendatangkan kekuatan bagi kedamaian dan kesejahteraan di dunia dan akhirat.
Keempat, sesuai dengan sifatnya air dapat berubah wujud, walaupun dzatnya tetap air. Manusia dalam menjalankan hidupnya boleh jadi dalam bersiasah dapat berpenampilan berbagai peran tetapi harus tetap esensinya adalah wujudnya khilafah Allah SWT di bumi.
Kelima, mata air mengalirkan air yang suci bersih jauh menuju samudera, di jalan pasti banyak muatan yang ikut larut ke dalamnya dan apabila kita tidak ekstra hati-hati menjaga kesucian dan kebersihannya, maka sangat mungkin tidak hanya pasir serta tanah yang ikut larut. Tapi, kotoran dan racun pun sangat mungkin ikut di dalamnya. Untuk itu, kita mestilah menjaga kehidupan itu supaya senantiasa sesuai dengan sumbernya.
PENGELOLAAN LINGKUNGAN
Persoalan lingkungan adalah bukan masalah perseorangan atau kelompok tertentu. Jadi, setiap kita harus bekerjasama menjaga dan mengelola lingkungan ini dengan baik. Buktinya, adanya pengelolaan lingkungan yang tidak tepat dilakukan oleh sekelompok orang, telah mengakibatkan kerusakan dan masyarakat banyak akan merasakan getahnya.
Padahal, kalau kita mau jujur, sesungguhnya sangat mudah untuk menentukan kalau di suatu daerah itu telah terjadi kerusakan lingkungan. Salah satu indikatornya, yang kasad mata ialah ketika musim kemarau daerah itu kekurangan air dan sebaliknya bila musim hujan datang maka banjir yang siap datang menerjang daerah tersebut.
Jadi, setiap kita, terutama pemerintah daerah harus introspeksi dan melakukan evaluasi terhadap kebijakan pengelolaan lingkungan yang ada di daerahnya dengan menggunakan indikator tersebut, yang tentunya sungguh paling sederhana. Pasalnya, lingkungan tanpa kerusakan akan melakukan siklus kehidupannya secara harmonis lagi seimbang. Ini adalah hukum alam, tapi karena tangan-tangan manusia yang serakahlah alam menjadi tidak seimbang. Dan akibatnya, tentu manusia itu sendiri yang merasakan akibatnya.
Demikian pula yang terjadi pada beberapa daerah di wilayah Jawa Barat, kita dengan mudahnya dapat menemukan proses pembangunan yang kurang atau bahkan mengabaikan aspek pengelolaan lingkungan, seperti mengabaikan lahan area resapan air hujan, penggunaan sepadan sungai untuk areal pembangunan, dan lainnya.
Agar tidak terjadi (bencana) banjir akibat ulah manusia, maka syaratnya pembangunan harus diharmoniskan dengan pengelolaan lingkungan. Untuk mewujudkan keadaan pengelolaan lingkungan yang harmonis (selaras, serasi dan seimbang), menurut H Herdiwan, dari Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, pengelolaan lingkungan itu hendaknya selalu berada di dalam koridor strategi konservasi.
Dalam kaca mata Herdiwan, strategi konservasi tersebut meliputi: Pertama, perlindungan. Yakni dilakukan terhadap proses ekologi yang menunjang sistem pendukung kehidupan, seperti pengunungan berlereng curam, mangrove, sungai, mata air, gejala alam, hutan lindung.
Kedua, pengawetan. Proses ini untuk tujuan menjaga terselenggaranya keutuhan keanekaragaman sumber daya alam, plasma nutfah, dan segala potensi yang belum diketahui kemanfaatannya, perlakuannya untuk menjaga keutuhan sumber daya alam tersebut (budidaya tumbuhan dan satwa) bisa dilakukan di alam aslinya, atau di suatu tempat di luar alam aslinya.
Ketiga, pelestarian pemanfaatan. Yaitu dipersilakannya manusia memanfaatkan sumber daya alam, namun tepat tempat, tepat perlu, tepat guna, tepat produksi, dan tepat pasar, seperti tidak melakukan “usaha menambang minyak, emas, batu bara dikala sumber daya alam lain yang terbarukan/terpulihkan masih mampu mendukung kehidupan manusia atau penghasilan kepentingan pendapatan ekonomi.
Akhirnya, semoga melalui membaca keberadaan alam ini dapat menyadarkan semua penghuni bumi bahwa tanpa keharmonisan pengelolaan lingkungan, maka alam itu tidak akan menjadi sahabat baik bagi manusia dalam kehidupan. Sebab alam itu hanya menjalankan hukum yang telah ditetapkan pemilik-Nya.***
Penulis adalah pemerhati masalah lingkungan dan pendiri Majelis Inspirasi Alquran & Realitas Alam (MIQRA) Indonesia, http://www.miqra.blogspot.com